7 Tip Manajemen Krisis Media Sosial dalam Bisnis

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Media sosial memang alat yang efisien untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan mempromosikan bisnis. Namun, di sisi lain, media sosial juga bisa dengan cepat menyebarkan hal negatif tentang bisnis kita. Ingat, internet is forever, hal negatif tentang perusahaan mungkin saja tidak bisa ditarik kembali dan menjadi perbincangan luas. Bisa jadi, itulah saat di mana krisis media sosial terjadi. Untuk mengatasinya, inilah 7 tip yang bisa Sohibul Ngalup terapkan sebagai langkah manajemen krisis media sosial dalam bisnis.

1. Membuat pedoman bermedia sosial

Krisis media sosial bisa terjadi ketika salah satu karyawan mulai membuat konten yang nyeleneh dan menyalahi identitas perusahaan. Maka, solusi yang tepat untuk mencegah hal tersebut adalah dengan membuat kebijakan bermedia sosial bagi perusahaan. Pedoman itu haruslah mencakup hal-hal inti seperti pedoman hak cipta atau bagaimana aturan menggunakan konten dari pihak ketiga, pedoman privasi atau cara berkomunikasi dengan pelanggan yang membedakannya dengan komunikasi pribadi di luar urusan bisnis, pedoman kerahasiaan informasi yang mengatur informasi perusahaan seperti apa yang boleh disebarkan dan tidak, serta pedoman brandvoice untuk menyamakan gaya komunikasi yang sesuai dengan identitas perusahaan.

2. Memonitor media sosial bisnis

Pastikan Sohibul Ngalup tahu yang apa sedang diperbincangkan warganet di media sosial tentang perusahaan sohibul. Dengan memonitor media sosial bisnis, sohibul bisa mengetahui situasi terkini perusahaan di media sosial, bahkan ketika krisis itu mulai akan terjadi, sohibul sudah mengetahuinya dan bisa segera mengambil tindakan. Gunakan alat yang tepat untuk memonitor media sosial perusahaan. Seperti halnya saat mengamati situasi nyata kita butuh binokular. Alat untuk memonitor media sosial itu sama halnya seperti binokular.

Jangan sampai perusahaan tidak tahu ketika ada seseorang yang komplain soal produk atau layanan perusahaan sohibul melalui media sosial, kemudian tidak mendapat klarifikasi apapun dari perusahaan. Apalagi jika komplain tersebut terlanjur ramai direspon negatif oleh orang lain.

3. Memahami arti krisis

Dari hasil memonitor media sosial, Sohibul Ngalup bisa mengetahui apakah perusahaan memasuki masa krisis media sosial atau masih dalam fase “normal”. Jika ada orang yang berkata negatif tentang perusahaan, itu bukan krisis tetapi fakta. Namun, jika banyak orang yang berkata negatif secara bersamaan, maka bisa dipastikan itu adalah krisis media sosial. Identifikasikan arti krisis bagi perusahaan dan pelajari seberapa signifikan krisis tersebut akan berdampak bagi perusahaan, sehingga sohibul bisa membuat rencana yang tepat sasaran. Pahami kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki perusahaan sohibul, lalu putuskan apakah tim perusahaan perlu menerapkan rencana komunikasi media sosial.

4. Komunikasikan dengan teman satu tim

Di setiap perusahaan maupun organisasi, komunikasi adalah hal utama karena sebuah tim baru terbentuk jika komunikasi terjalin dengan baik. Saat krisis media sosial, penting untuk berkomunikasi dengan tim mengenai situasi perusahaan. Kumpulkan seluruh tim perusahaan sesegera mungkin untuk membahas kondisi dan penyebab krisis. Hal ini untuk memastikan seluruh tim paham dan terhindar dari misinformasi, sehingga mereka tahu apa yang harus segera dilakukan dan dapat mengurangi dampak krisis.

5. Stop sementara postingan harian

Ketika masa krisis media sosial, hentikan sementara postingan harian yang sudah sohibul susun. Menghadapi krisis media sosial haruslah berhati-hati karena situasi di sekitar perusahaan terutama di media sosial menjadi sensitif. Jangan sampai ketika krisis terjadi perusahaan sohibul tidak melakukan komunikasi yang tepat sasaran dan malah terus memposting konten harian seperti biasa. Memposting konten harian yang itu-itu saja ketika masa krisis hanya akan membuat perusahaan sohibul terlihat tidak peka atau peduli. Yang perlu dilakukan adalah berhenti memposting konten harian dan mulai mengaktifkan rencana komunikasi yang konsisten dan tepat sasaran.

6. Membuat rencana komunikasi selama krisis

Komunikasi selama krisis perlu menunjukkan kalau perusahaan sohibul memahami masalah yang ada, serta berkomitmen untuk mengatasinya. Rencana komunikasi itu harus mendeskripsikan langkah-langkah yang tepat agar bisa diterapkan oleh staf senior hingga junior. Setidaknya rencana komunikasi perlu mencakup; pedoman mengidentifikasi jenis dan besarnya krisis, peran dan tanggung jawab setiap departemen, rencana komunikasi untuk update internal, kontak narahubung yang diperbarui, proses menjawab pesan di media sosial, dan link menuju pedoman bersosial media perusahaan. Selain itu, buatlah pula postingan yang informatif dan ramah di berbagai akun media sosial perusahaan, serta berusahalah tetap merespon cepat meskipun saat hari libur.

7. Belajar dari pengalaman

Setelah melalui masa krisis media sosial, pelajari apa yang sudah terjadi. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengumpulkan seluruh tim dan mengevaluasi rencana yang sudah diterapkan perusahaan sohibul saat menghadapi krisis. Pikirkan pula bagaimana agar krisis serupa tidak terulang kembali di perusahaan.

Source gambar utama: Pixabay, unsplash, freepik