Tantangan AI dalam PR kekinian menjadi isu menarik dan menjadi sorotan. Sebab, perkembangan teknologi yang terus bertumbuh. Hal ini justru menimbulkan pro dan kontra dalam berbagai profesi, utamanya public relations.
Selengkapnya baca artikel ini sampai selesai.
AI Tidak Terhindarkan
Teknologi Ai (artificial Intelligence) tak dapat terhindarkan dalam dunia yang semakin terdigitalisasi. Sehingga, baik individu maupun sebuah brand harus bisa beradaptasi dan menggali potensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Mulai dari otomatisasi tugas rutin hingga analisis data mendalam, AI membuka peluang inovasi, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat pengambilan keputusan.
Dengan memanfaatkan teknologi ini secara strategis, kita dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri, menciptakan solusi yang lebih cerdas, serta tetap relevan di era yang terus berkembang.
Peluang dan Tantangan Profesi
Meski demikian, Artificial Intelligence (AI) memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, di tahun 2030 mendatang, AI menjadi salah satu pilar utama dalam transformasi digital. Sebab, para ilmuwan memprediksi, AI bisa memberikan kontribusi sebesar $366 miliar terhadap PDB Indonesia.
Tingkat adopsi AI Generatif di Indonesia juga semakin meningkat, dengan 95 persen bisnis memprioritaskan AI Generatif, sementara 94 persen perusahaan menggunakannya untuk aplikasi standar.
AI tidak hanya mendorong inovasi bisnis tetapi juga berdampak pada tenaga kerja. Saat ini, 22,1 persen dari total pekerja di Indonesia telah menggunakan AI, dengan 26,7 juta pekerja terbantu oleh teknologi ini.
Sektor-sektor utama yang mengalami manfaat terbesar dari AI meliputi informasi & komunikasi, layanan keuangan & asuransi, pemerintahan & pertahanan, perdagangan & pertambangan, serta pertanian.
Namun, meskipun AI memiliki peluang besar, ada tantangan yang perlu diatasi. Isu etika, disinformasi, dan potensi halusinasi AI menjadi perhatian utama, sementara privasi dan keamanan data juga menjadi faktor krusial dalam penerapannya.
Selain itu, automasi AI dapat menjadi ancaman bagi beberapa sektor pekerjaan, sehingga perlu adanya strategi adaptasi bagi tenaga kerja.
Indonesia, dengan 221,5 juta pengguna internet dan 79,5 persen tingkat penetrasi digital, merupakan pasar yang sangat potensial untuk pengembangan AI. Untuk mendukung pertumbuhan ini, perusahaan global telah berinvestasi besar di Indonesia.
Google telah mengalokasikan dana untuk beasiswa AI, termasuk Sertifikat Karir Google, sementara Microsoft berencana menginvestasikan $17 miliar dalam AI dan infrastruktur cloud di Indonesia.
Agar AI dapat diadopsi secara luas dan memberikan manfaat maksimal, diperlukan pendekatan yang seimbang antara inovasi teknologi, regulasi yang jelas, serta peningkatan literasi AI di berbagai lapisan masyarakat.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan AI sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi.
Strategi Profesi
Artificial Intelligence (AI) semakin berperan dalam strategi hubungan masyarakat (PR), membuka peluang baru sekaligus menghadirkan tantangan yang perlu diatasi.
Peluang AI dalam PR:
1. Manajemen Krisis dan Pendengaran Sosial
Sistem AI dapat secara otomatis melacak sentimen publik dan mendeteksi percakapan negatif di berbagai platform digital. Hal ini memungkinkan tim PR untuk merespons dengan cepat sebelum isu berkembang menjadi krisis besar.
Dengan peringatan dini dan analisis data real-time, merek dapat menjaga reputasi dan membangun kepercayaan publik secara proaktif.
2. Wawasan Strategis Berbasis Data
Alat AI membantu tim PR dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data audiens secara lebih akurat.
Dengan wawasan berbasis data, strategi komunikasi dapat lebih disesuaikan dengan preferensi dan kebutuhan target audiens, meningkatkan efektivitas kampanye PR serta pengambilan keputusan yang lebih cerdas.
3. Keterlibatan dan Kustomisasi Massal
AI memungkinkan otomatisasi personalisasi dalam skala besar. Tim PR dapat menyusun konten yang lebih relevan dan disesuaikan berdasarkan perilaku serta minat audiens, meningkatkan keterlibatan serta efektivitas komunikasi merek.
Tantangan AI dalam PR
Tantangan profesi PR dalam menghadapi perkembangan teknologi, utamanya AI, antara lain:
1. Kesenjangan Sumber Daya Manusia dan Penguasaan Teknologi
Meskipun AI memiliki potensi besar dalam industri PR, tingkat adopsinya masih rendah akibat kesenjangan keterampilan. Banyak profesional PR belum sepenuhnya menguasai teknologi AI generatif, sehingga pemanfaatannya belum optimal.
Investasi dalam pelatihan dan edukasi teknologi menjadi langkah krusial untuk mengatasi hambatan ini.
2. Bias AI dan Kepercayaan Publik
Sistem AI yang menggunakan data pelatihan terbatas atau tidak beragam berisiko menghasilkan analisis sentimen yang bias. Bias ini dapat mengarah pada representasi yang tidak akurat dan berpotensi merugikan kelompok tertentu.
Oleh karena itu, diperlukan pemantauan berkala, audit bias, serta pengawasan manusia untuk memastikan AI memberikan hasil yang adil dan transparan dalam komunikasi PR.
Dengan memanfaatkan AI secara strategis sambil mengatasi tantangan yang ada, industri PR dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, memperkuat keterlibatan audiens, dan menjaga kepercayaan publik di era digital yang semakin kompetitif.
Artikel tersebut merupakan ringkasan AI dalam PR dalam kegiatan World Public Relations Forum (WPRF) 2024. Selamat mencoba!