Mengenal Startup vs UMKM, Inilah Perbedaannya

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Zaman sekarang ini, kamu pasti sudah sering mendengar istilah startup dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dalam dunia bisnis. Meskipun keduanya berawal dari usaha skala kecil, tetap saja terdapat perbedaan startup dan UMKM. 

Startup adalah perusahaan rintisan yang menjual produk atau jasa tertentu dan berusaha meluaskan jangkauan hingga pasar global. Sementara, UMKM ialah bisnis yang dijalankan oleh individu, rumah tangga, atau badan usaha kecil.

Setelah mengetahui sekilas pengertiannya, apakah kamu tahu apa perbedaan antara startup dan UMKM? Jika belum, mari cari tahu jawabannya bersama MinLup berikut ini. 

7 Perbedaan Startup dan UMKM 

Supaya mempermudah kamu dalam mengidentifikasi perbedaan startup dan UMKM, artikel di bawah ini akan membantu mengklasifikasikan beberapa aspek yang menjadi pembedanya: 

1. Ide Produk

Pada dasarnya, ide mendirikan UMKM dan startup dari awal sudah terlihat perbedaan yang signifikan. 

UMKM umumnya menggunakan ide bisnis yang berorientasi pada keuntungan, sehingga produknya cenderung langsung dapat konsumen nikmati. 

Selain itu, produk UMKM sudah lazim dan banyak saingannya di masyarakat. Misalnya seperti makanan, minuman, salon kecantikan, fashion, dan lain sebagainya. Sedangkan startup memulai usahanya dengan ide yang eksperimental. 

Jadi, tidak heran jika idenya terdengar kurang lazim dan berkaitan dengan teknologi informasi. Seperti yang kamu tahu, aplikasi jasa seperti Gojek, Traveloka, atau Tokopedia termasuk contoh startup di Indonesia.

Lalu, hal ini menunjukkan perbedaan bahwa startup tidak memulai ide bisnisnya dengan produk yang bisa langsung dinikmati seperti makanan pada UMKM. Melainkan cenderung ke layanan jasa bagi konsumen yang memerlukannya. 

2. Visi

Perbedaan startup dan UMKM berikutnya adalah dari segi visi. Apabila kamu berniat merintis usaha, tentukan terlebih dahulu visi yang ingin kamu capai di masa depan. Hal ini bisa membantu menentukan arah bisnis yang cocok. 

Visi seorang founder startup atau perusahaan rintisan, sangat besar. Mereka memiliki kecenderungan untuk membawa pengaruh atau dampak pada dunia melalui inovasi-inovasi yang dilakukannya. 

Terlebih, perusahaan rintisan adalah kondisi sementara sehingga para founder-nya berambisi untuk membesarkan bisnisnya. Biasanya, tujuan akhir dari perusahaan rintisan adalah mendapatkan pendanaan melalui IPO (Initial Public Offering). 

Sementara bisnis UMKM mempunyai visi yang lebih sederhana dibandingkan perusahaan rintisan. Visi UMKM adalah menyejahterakan masyarakat di sekitar lingkungan. 

Oleh sebab itu, tujuan akhir UMKM adalah menjaga keberlangsungan bisnis tetap terjaga dan bertahan. Nah, melihat dari kedua visinya, mana yang lebih cocok dengan bisnis kamu?

3. Target Market

Cara mudah agar kamu bisa membedakan antara perusahaan rintisan dan UMKM adalah dari target market atau jangkauan bisnisnya. Perusahaan rintisan umumnya tidak terbatas dalam menentukan target pasarnya.

Hal ini selaras dengan visi perusahaan rintisan yang ingin mencapai tujuan besar. Oleh sebab itu, mereka selalu meningkatkan target setiap kali perusahaan berkembang. 

Saat ini, target market perusahaan rintisan tidak hanya menyasar konsumen dalam negeri, tapi hingga mencapai pasar global. Sementara itu, UMKM tidak demikian. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah cenderung menjangkau pasar lokal. 

Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bisnis UMKM juga dapat go international. Hanya saja, prosedurnya lebih rumit dibandingkan bisnis startup yang dapat menembus dunia internasional dengan mudah. 

Misalnya, seperti aplikasi streaming video Netflix yang dapat kamu akses di Indonesia dengan bermodalkan aplikasi dan kuota. Sedangkan untuk produk UMKM, perlu melalui proses pengiriman atau buka cabang jika ingin menyasar pasar global. 

4. Sumber Dana

Perbedaan startup dan UMKM yang cukup menonjol terletak dari sumber dananya. Pada bisnis UMKM, mereka mendapatkan modal dari tabungan pribadi, bantuan dari kerabat, hingga mengambil pinjaman bank. 

Selain itu, bisnis UMKM lebih banyak memutarkan modal. Jadi, jika sewaktu-waktu butuh suntikan dana yang besar, mereka akan lari ke bank untuk mendapatkan pinjaman yang harus dikembalikan sesuai tanggal jatuh tempo. 

Sedangkan pada perusahaan rintisan, memang awalnya menggunakan modal pribadi. Namun, seiring berjalannya waktu, perusahaan rintisan akan mengembangkan usahanya dengan menggandeng investor. 

Pasalnya, dana yang diperoleh dari investor akan jauh lebih besar daripada mengambil pinjaman dari bank seperti yang UMKM lakukan ketika membutuhkan dana. 

5. Laba

Berikutnya, keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan rintisan dan UMKM ternyata berbeda, lho. Bisnis kecil hingga menengah seperti UMKM mengutamakan mendapat keuntungan secara cepat. 

Alasannya karena bisnis skala UMKM bertujuan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga langsung berfokus menghasilkan keuntungan sejak hari pertama. Namun, konsep tersebut tidak berlaku pada startup. 

Jika UMKM dapat menghasilkan laba sejak hari pertama, maka startup bisa jadi baru mendapat keuntungan setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun bisnis berjalan. Pada dasarnya, tujuan perusahaan rintisan adalah menguasai pasar. 

Nah, ketika tujuan tersebut telah tercapai berarti perusahaan startup beralih dari fase pertumbuhan ke fase mencari keuntungan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan rintisan bisa mencapai miliaran hingga triliunan rupiah. 

Kamu sendiri pasti sudah tidak asing mendengar istilah bakar uang dalam perusahaan rintisan. Memang untuk mengejar pertumbuhan, dibutuhkan modal yang besar.  

6. Teknologi

Seperti yang sudah MinLup jelaskan sebelumnya, jangkauan bisnis perusahaan rintisan sangat luas hingga mencapai pasar global. Oleh sebab itu, startup membutuhkan teknologi sebagai pilar utama dalam menjalankan bisnis. 

Inilah yang menjadi perbedaan startup dan UMKM. Pasalnya, sebagian bisnis UMKM tidak terlalu bergantung pada teknologi sebagaimana startup. 

Kebanyakan UMKM mengandalkan teknologi untuk keperluan operasional seperti pemasaran atau keuangan. Jarang yang sampai mengintegrasikan teknologi secara mendalam untuk menunjang aktivitas bisnis sehari-hari. 

Sementara itu, beda cerita lagi untuk perusahaan rintisan. Perusahaan rintisan cenderung mengandalkan teknologi sebagai pilar utama untuk mengembangkan usaha atau bahkan menjadi produk inti dari jasa yang mereka tawarkan. 

Seandainya mereka tidak menggunakan teknologi sebagai produk utamanya, startup tetap membutuhkan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. 

7, Exit Strategy

Apa itu exit strategy? Kamu yang tidak berkecimpungan dalam dunia bisnis mungkin kurang familiar dengan istilah tersebut. Exit strategy adalah rencana pencairan investasi milik investor. 

Jika membicarakan investor, maka akan mengarah ke bisnis startup. Kamu pasti ingat bahwa sumber dana perusahaan rintisan berasal dari suntikan investor. Para investor tentu tidak menyumbang dana secara cuma-cuma, mereka juga ingin laba.

Maka dari itu, perusahaan rintisan perlu merencanakan exit strategy. Selain itu, tidak aneh melihat perusahaan besar mengakuisisi perusahaan rintisan. 

Karena sejak awal, tujuan perusahaan rintisan adalah IPO atau menjual bisnisnya ke company besar. 

Sedangkan bisnis UMKM yang tidak disokong oleh investor, tidak perlu memikirkan tentang exit strategy. Umumnya, mereka akan menurunkan bisnisnya ke keluarga atau menjualnya ke pihak lain. Jadi, itulah 7 perbedaan startup dan UMKM yang bisa MinLup sebutkan.

Setelah mengetahui perbedaan keduanya, kamu bisa lebih yakin ingin merintis usaha sebagai bisnis kecil hingga menengah atau mendirikan perusahaan rintisan.