Dalam persaingan digital yang makin sengit belakangan ini, para pelaku bisnis makin gencar menerapkan strategi marketing. Salah satu strategi yang menjadi andalan yaitu brand storytelling.
Yap, namanya memang storytelling atau penceritaan. Namun, bukan asal bercerita, ya. Kamu perlu membuat narasi yang dapat memikat hati audiens sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis.
Penasaran, gimana caranya? Nah, MinLup sudah merangkumkan berbagai hal yang perlu kamu tahu tentang brand storytelling. Yuk, simak lebih lanjut.
Apa itu Brand Storytelling?
Melansir dari laman Forbes, brand storytelling adalah narasi kohesif yang memadukan rangkaian fakta dan emosi yang dirangsang oleh suatu brand.
Singkatnya, brand storytelling atau penceritaan brand yaitu penyampaian kisah yang akan membuat audiens tertarik pada brand.
Kisah dalam penceritaan brand bisa berupa backstory dari bisnis kamu. Dengan kata lain, tentang asal mula pendirian bisnis dan mengapa kamu mendirikannya, serta bagaimana kisah tersebut masih berkaitan dengan misi bisnismu saat ini.
Jadi, dalam pembuatan penceritaan brand kamu bisa menggunakan latar dan plot yang menarik layaknya membuat cerita.
Tujuan Brand Storytelling
Penceritaan brand punya peran penting karena membantu pelanggan memahami brand dan misinya.
Ketika pelanggan merasa terhubung dengan misi brand-mu, mereka akan mengembangkan ikatan yang lebih mendalam terhadap brand. Dengan begitu, pelanggan kemungkinan besar akan melakukan pembelian.
Nah, biar makin paham, mari simak tiga alasan utama yang menjadi tujuan dari penceritaan brand:
1. Relatable
Umumnya, bisnis perlu waktu untuk mengenal pelanggan dengan baik. Selain memahami siapa saja target pasar bisnismu, ada baiknya juga untuk memastikan bahwa mereka dapat mengenali brand milikmu.
Bukan sekadar mengenal, penceritaan brand harus bisa merefleksikan nilai dari perusahaan.
Saat audiens merasakan keterkaitan dengan nilai tersebut, maka mereka akan lebih suka menggunakan produk atau layanan yang perusahaanmu tawarkan.
2. Memorable
Apa kamu tahu? Informasi yang termuat dalam suatu cerita akan lebih mudah untuk diingat.
Bahkan, seorang ahli psikologi bernama Jerome Bruner menemukan bahwa ada kemungkinan 22 kali lebih tinggi bagi kita untuk mengingat detail saat informasi dicantumkan dalam cerita daripada berupa teks informatif.
Artinya, informasi seperti manfaat, fitur, dan spesifikasi produk bisa tersampaikan dengan lebih baik saat kamu menyampaikan dalam bentuk naratif.
3. Emotional
Membuat ikatan emosional melalui penceritaan brand juga punya manfaat untuk mendapatkan pelanggan setia.
Mengutip dari Mirasee, studi yang dipublikasikan dalam Harvard Business Review mengungkapkan bahwa kesetiaan terhadap suatu brand ditekankan oleh ikatan emosional.
Nah, penceritaan brand yang berisi kisah menyentuh berpeluang lebih besar untuk menjalin ikatan emosional dengan pelanggan.
Cara Membuat Brand Storytelling
Jadi, gimana, nih, cara bikin brand storytelling untuk menggaet pelanggan setia? Kamu bisa ikuti step by step berikut yang MinLup rangkumkan dari berbagai sumber:
1. Menggunakan Teknik Narasi
Sebelumnya sudah disinggung, orang-orang lebih mudah mengingat cerita dalam bentuk narasi. Oleh karena itu, kamu sebaiknya membuat penceritaan brand yang berupa narasi.
Coba ingat cerita-cerita kesukaanmu, misalnya novel misteri yang membuatmu tidak bisa berhenti baca atau kisah romansa yang bikin kamu ikut baper.
Tebak apa yang begitu menarik dari cerita tersebut? Dan mengapa kamu merasa terlibat dengan cerita?
Nah, jawabannya adalah penggunaan teknik narasi yang bagus dengan memperhatikan lima elemen esensial cerita berikut:
- Latar
- Karakter
- Konflik
- Plot Twist
- Klimaks dan Resolusi
Seperti halnya dalam novel dan film, kelima elemen tersebut juga merupakan kunci dalam membuat penceritaan brand yang memikat.
Penggunaan elemen-elemen tersebut memungkinkan kamu untuk membangun ikatan emosional dengan audiens.
Nah, kamu juga bisa berkreasi lebih dengan menerapkan elemen penting storytelling ke dalam script untuk konten video maupun bentuk konten promosi lainnya.
2. Pastikan Cerita Autentik
Cerita yang paling memikat hati yaitu kisah autentik atau asli. Maka, penting bagi kamu untuk menghindari membuat cerita yang asal ikut trend. Terlebih lagi, audiens bakal tahu mana cerita yang asli dan mana yang ikut-ikutan.
Sebaiknya, buat cerita jujur yang sesuai dengan identitas brand. Sebagai catatan, jujur dan autentik tidak selalu tentang kesempurnaan.
Jadi, alih-alih mengada-ada kisah mengharukan, penceritaan brand idealnya mengusung identitas unik perusahaan.
3. Mencerminkan Tujuan dan Nilai Brand
Setiap brand memiliki misi dan nilai tertentu yang membuatnya unik. Maka pastikan untuk selalu menonjolkan nilai perusahaan setiap kali membuat promosi.
Dengan kata lain, tidak melulu membicarakan tentang produk atau layanan saja, ya. Kamu perlu menunjukkan tujuan dari brang pada audiens.
Saat penceritaan kamu mencerminkan tujuan, maka pelanggan akan merasa relate dan mengembangkan ikatan yang lebih dalam dengan brand. Dengan begitu, mereka tidak hanya sekedar menjadi pelanggan, tapi juga penggemar dari brand.
4. Konsisten
Coba bayangkan bagaimana jika serial TV atau drama yang kamu tonton ceritanya berubah-ubah setiap episode? Pastinya bikin bingung, kan?
Hal yang sama berlaku dengan penceritaan brand. Kamu musti menyampaikan pesan yang konsisten dalam setiap cerita yang kamu gunakan, baik di sosial media, bahan marketing, maupun website.
Jadi, jangan sampai membuat audiens-mu bingung sendiri karena cerita dengan yang berbeda-beda pesannya. Pastikan untuk menekankan pada satu pesan utama pada semua cerita.
5. Melibatkan Audiens
Masih ingat bagaimana serunya ikut terhanyut dalam cerita kesukaanmu, kan?
Ini jadi poin penting, loh, dalam membuat brand storytelling, yaitu melibatkan audiens. Penceritaan harus memuat aspirasi audiens dan menyinggung kebutuhan atau masalah yang mereka hadapi.
Selain itu, kamu perlu menunjukkan bagaimana audiens sebaiknya menghadapi masalah tersebut dan mencari solusi.
Nah, solusi tersebut bisa berupa penggunaan produk atau layanan mu. Jangan lupa tambahkan resolusi yang menegaskan keberhasilan audiens.
6. Merangsang Audiens untuk Bertindak
Berhubung brand storytelling sejatinya merupakan strategi promosi, maka cerita yang menarik dan memikat saja tidak cukup. Kamu perlu membuat cerita yang merangsang audiens untuk bertindak.
Tindakan yang dimaksud bisa bermacam-macam, seperti berlangganan email, membagikan konten, hingga membeli produk.
Jadi, kamu perlu menambahkan unsur CTA (Call to Action). Misalnya, “Beli sekarang” atau “Klik tombol ini untuk berlangganan.”
Sebaiknya pesan yang kamu sampaikan sifatnya langsung dan jelas. CTA merupakan poin penting pada bagian akhir setiap penceritaan marketing. Maka dari itu, jangan sampai membuat audiens bingung dengan pesan yang ambigu.
Contoh Brand Storytelling
Supaya makin paham, kita bisa menengok contoh penceritaan brand yang berhasil mendongkrak penjualan mereka.
Salah satunya yaitu Bombas Socks. Pendiri Bombas, Randy Goldberg dan David Heath mulanya menyadari tingginya permintaan kaos kaki dari penampungan tunawisma.
Penyebabnya adalah para tunawisma terlalu banyak berjalan, sehingga kaos kaki mereka cepat rusak.
Terinspirasi hal tersebut, mereka pun punya ide untuk menyediakan kaos kaki berkualitas bagus.
Maka mereka mendirikan perusahaan yang menjual kaos kaki serta menyumbangkan dalam jumlah sebanyak yang terjual ke penampungan tunawisma.
Berawal dari ide tersebut, kini Bombas juga menjual pakaian dalam dan kaos. Mereka mendistribusikan donasi ke berbagai organisasi yang melayani tunawisma di berbagai wilayah Amerika Serikat.
Kini Bombas telah menjadi perusahaan besar sekaligus brand berskala nasional melalui misi dan nilai yang kuat serta penceritaan brand yang menyentuh.Nah, itulah berbagai hal yang perlu kamu tahu tentang brand storytelling. Yuk, mulai buat cerita tentang brand-mu untuk mendukung pertumbuhan bisnis.