Komponen, Dimensi dan Contoh Learning Agility Adalah

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Learning agility adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk belajar dari pengetahuan serta pengalaman. Sebab, pertumbuhan teknologi saat ini semakin cepat. 

Sehingga, semua orang dituntut untuk beradaptasi. Tak sedikit orang kembali menggali kegemaran, potensi hingga kemampuan yang ada pada dirinya. 

Dalam artikel ini, kami akan menelaah lebih jauh tentang learning agility:

Pengertian Learning Agility

Seperti yang sempat disinggung di atas, learing agility adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk mempelajari lebih jauh lagi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. 

Learning agility adalah aspek yang sangat di perlukan pada sebuah pekerjaan. Learning agility adalah sesuatu yang bisa di arahkan, di pelajari dan di bimbing lebih dalam lagi.

Seseorang yang melakukan learning agility adalah memiliki kemampuan pemahaman yang lebih gesit akan lebih gampang menerima hal-hal baru.

Mereka mau belajar dari hal-hal yang sebelumnya mereka alami. Sehingga, berpotensi memperbaiki kesalahan di masa lalu hingga mendapat pengetahuan baru yang bisa diterapkan.

Sehingga, mempermudah pekerjaan yang dilakukan dan memiliki kemampuan baru.

Komponen Learning Agility

Learning agility adalah kompetensi tak terlihat yang sangat penting di miliki dalam era transformasi digital saat ini. Sebab, orang-orang di tuntut untuk mengikuti ritme pertumbuhan dan pekerjaan dengan cepat.

Biasanya, orang-orang yang ingin mempertajam kemampuan, harus memiliki komponen learning agility. Seperti:

1. Memiliki Kompetensi Untuk Menyesuaikan Diri

Sebelum memulai, seseorang harus memiliki kemauan dari dalam dirinya sendiri untuk mendalami learning agility. Mereka harus menyesuaikan diri dengan teman-teman yang ada di kantor.

Tak hanya itu, juga harus menyesuaikan diri dengan pihak luar. Mulai dari keluarga, teman hingga klein perusahaan. Mereka bisa banyak belajar dari hal-hal yang di alami.

2. Penyelesaian Masalah

Setelah melakukan identifikasi sebuah masalah yang dihadapi, mereka biasanya juga menemukan pola baru untuk menyelesaikan masalah.

Pemikiran tersebut timbul setelah sebelumnya mereka mengalami asam garam dalam menghadapi sebuah konflik.

3. Peka

Seseorang bisa disebut memiliki learning agility adalah orang yang memiliki kepekaan atau responsif terhadap perubahan baru yang cepat.

Terkait hal ini, yang paling utama di pertimbangkan adalah kecepatan dalam memberikan reaksi kepada pelanggan.

4. Kemampuan Membimbing

Komponen berikutnya dari learning agility adalah memiliki kemampuan untuk membimbing dan menjadi pemimpin. 

Biasanya, mereka yang memahami learning agility adalah orang-orang yang berbakat menjadi pemimpin baru. Sebab, mereka telah meningkatkan kualitas dari dalam dirinya.

5. Inovatif

Berikutnya, komponen learning agility adalah orang yang tak berhenti memunculkan hal baru. Sehingga, bisa menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan.

Mereka tetap bisa bertahan dengan perubahan baru dan lebih siap dalam menghadapinya.

6. Membuat Rancangan

Selanjutnya, orang yang mendalami learning agility adalah cerdas dalam membuat rancangan perencanaan. Hal ini untuk menentukan tujuan.

Serta melakukan penilaian dari hal yang telah selesai di kerjakan. Ini sebagai tolok ukur keberhasilan perubahan yang telah dilakukan.

Dimensi Learning Agility

Selain komponen, bagian lain yang tak kalah krusial dari learning agility adalah dimensi learning agility. Artinya, ini adalah macam-macam upaya yang kerap dilakukan untuk mempertajam ketangkasan untuk menambah pengetahuan.

Upaya yang perlu dilakukan antara lain:

1. Mental

Pada dimensi ini, orang di tuntut agar bisa memahami permasalahan yang sedang menghantam. Mereka harus mampu merespon permasalahan tersebut dengan perspektif baru.

Mereka cenderung orang yang tidak pernah ragu berbuat kesalahan ketika menemukan hal baru. Sehingga, menimbulkan perspektif pemikiran cermat dan strategis.

2. Perubahan 

Kekinian, transformasi di berbagai bidang melaju cepat. Sehingga, orang-orang di minta untuk memiliki pandangan dan pemikiran terbuka terhadap berbagai gagasan baru.

Jadi, bisa menyelesaikan permasalahan dengan gaya yang baru dan modern. Tak hanya itu, dimensi ini juga mewajibkan manusia untuk melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dalam kurun waktu singkat.

3. Orang

Pada dimensi ini, setiap orang memiliki wawasan yang baik tentang dirinya sendiri sekaligus pengetahuan dan suka duka yang pernah di alami.

Melalui dimensi ini, manusia bisa sekaligus melakukan refleksi dan introspeksi diri untuk perubahan hidup baru ke arah yang lebih positif.

4. Hasil

Pada bagian ini, tidak hanya memusatkan pikiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan di peroleh saja. Namun, juga harus menghargai setiap prosesnya. 

Orang-orang ini harus mampu membuat terobosan baru dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Buat dan lakukan langkah kecil yang mantap 

Pada dimensi ini, tidak hanya memikirkan keuntungan bagi diri sendiri, namun juga harus memikirkan keuntungan bagi orang lain yang telah menjalin kerjasama.

5. Memahami Diri Sendiri

Dimensi berikutnya dalam learning agility adalah memahami kemampuan dan ketidaksempurnaan diri sendiri. Ini menjadi hal penting, apakah mampu mengevaluasi diri sendiri dalam hal keangkuhan, acuh tak acuh serta pembelaan diri yang berlebihan.

Contoh Learning Agility

Kekinian, banyak contoh learning agility yang kerap di temukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan yang umum di temui adalah proses digitalisasi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Sebelum masa pandemi Covid-19, pelaku UMKM cenderung menjajakan produk atau jasa yang di perjualbelikan melalui cara konvensional. Misalnya, dengan membuka warung, toko maupun lapak kecil-kecilan di rumah.

Sedangkan metode pemasaran, masih mengandalkan teknik mulut ke mulut. Mengandalkan rekomendasi dan testimoni dari orang-orang secara langsung.

Kemudian, sejak masa pandemi Covid-19, semuanya berubah. Ditambah lagi, banyak transportasi online yang menyediakan jasa pesan antar. Mau tak mau, suka tidak suka, mereka harus mengikuti perubahan.

Perlahan tapi pasti, pelaku UMKM harus mulai melakukan perubahan. Mulai dari individu yang terlibat di dalamnya, hingga perubahan tatanan aturan.

Contohnya, individu yang ada di dalam bisnis maupun usaha tersebut, baik jajaran pemimpin maupun karyawan, harus memiliki niat untuk mempelajari pengetahuan baru.

Misalnya, tentang pemasaran online melalui media sosial, iklan online (ads), website dan sejenisnya. Kemudian, juga mempelajari cara menjajakan barang maupun jasa yang di jual melalui marketplace maupun e-commerce.

Sehingga, mereka yang terlibat dalam tim harus mau menjelajah pengetahuan baru, menerima perubahan. Mereka harus mau belajar, melihat, membaca dan mendengarkan. 

Pembelajaran tersebut bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan, webinar, in house training, bootcamp dan sejenisnya. Kekinian, banyak pelatihan yang di laksanakan, baik secara online maupun offline sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang yang disertai dengan penawaran harga yang beragam.

Learning Agility Assessment Inventory

Setelah melakukan pembelajaran dan mengulas lebih dalam learning agility pada masing-masing individu atau staf dalam perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk menilai learning agility adalah dengan:

1. Intelektual

Salah satu cara untuk mengukur adalah ketangkasan dalam mengukur intelektual. Ini merupakan salah satu metode yang di gunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dalam melakukan tugas maupun pekerjaan.

Indikator tersebut juga bisa di gunakan bagi karyawan maupun pemimpin untuk menerima hal baru dengan gesit. Tujuannya, untuk meningkatkan kinerja agar lebih baik lagi.

2. Menggunakan Alat Tes

Saat ini, dalam jagad maya, bertebaran situs untuk melakukan pemeriksaan learning agility. Biasanya, indikator yang dihasilkan lebih tepat dan akurat.

3. Pertanyaan yang Diajukan Tim Rekrutmen

Sebelum masuk dalam dunia kerja pada suatu perusahaan atau bisnis, tim rekrutmen biasanya melontarkan beragam pertanyaan yang menjurus terhadap kemampuan pembelajaran seseorang. 

Mulai dari keahlian dan lika liku perjalanan dalam menghadapi dunia kerja, menanggapi evaluasi hingga usulan yang diberikan oleh jajaran pemimpin.

Kemudian, pertanyaan terkait hubungan dengan jejaring yang di miliki oleh seseorang, menjalin kedekatan dengan kelompok kerja, serta apakah mau mempelajari sesuatu yang baru saat bergabung dalam tim.

Tak hanya itu, tugas tim rekrutmen dalam memahami karakter seseorang dalam learning agility adalah teknik yang dilakukan saat menghadapi konflik di dalam tempat bekerja dan deretan prestasi yang pernah di peroleh sekaligus cara memperjuangkannya.

Learning Agility dan Growth Mindset

Learning Agility Assessment Inventory

Pada penerapannya growth mindset dan learning agility adalah hal yang tidak bisa di pisahkan. Secara otomatis, umumnya, orang yang memiliki pemikiran ingin terus maju juga memiliki ketangkasan dalam pembelajaran dan menerima pengetahuan baru.

Orang-orang yang memiliki dua pola ini, yaitu growth mindset dan learning agility adalah orang yang mampu memanfaatkan kesempatan, adaptif dan mampu menghadapi tantangan hingga mampu meraih kesuksesan.

Seseorang yang memiliki growth mindset pada umumnya tidak pernah takut mengalami ketidakberhasilan akan sesuatu. Jika suatu hari ia tidak berhasil melakukan pekerjaan, akan di anggap sebagai tantangan baru.

Dua aspek ini juga menjadi bagian utama untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Sebab, dua keahlian ini bisa mengurangi keterbatasan dalam diri.

Tak hanya itu, dua kemampuan ini juga membuka peluang yang cukup besar bagi orang-orang untuk belajar dari hal-hal yang tidak menyenangkan sebelumnya.

Serta, membuka peluang untuk menebarkan jejaring dan keahlian baru.

Tips Meningkatkan Learning Agility

Setelah memahami learning agility, ada beberapa langkah-langkah dan ragam cara yang bisa dilakukan untuk menetapkan learning agility adalah sebagai berikut:

1. Cari Kesempatan yang Tepat

Setiap orang harus bisa memanfaatkan kesempatan dengan tepat dan bijaksana. Dengan terus mengasah kemampuan dan menggali ilmu, mereka akan lebih mudah untuk bertumbuh.

Salah satunya, yakni mau membuka diri untuk berbagi pengalaman dengan sesama teman, keluarga, jejaring maupun mentor. Sebab, banyak hal baru yang bisa ditemukan dan menjadi referensi.

Tak hanya itu, bisa juga memanfaatkan kelas penyuluhan yang saat ini sudah banyak ditemui. Setelah itu, tidak perlu takut untuk mencoba dan menerapkan pengetahuan baru yang di dapat saat berada di kantor.

2. Keingintahuan Tinggi

Sebelum mulai melangkah dan mempelajari hal baru, mereka harus memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Dengan cara ini, mereka tidak akan menutup diri dengan pengetahuan baru dan bisa menambah wawasan dengan mudah.

Karakter ini juga tidak mudah merasa bangga dengan pekerjaan dan kemampuan yang di miliki saat ini.

3. Tidak Takut Kritik

Salah satu karakter yang harus di miliki seseorang dalam learning agility adalah tidak takut ulasan atau evaluasi dari orang lain. Hal ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan yang ada dalam diri masing-masing individu.

Sehingga, mereka terpacu untuk terus bertumbuh dan memperbaiki kesalahan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

4. Terapkan Dalam Kehidupan Sehari-hari

Tips berikutnya adalah, mampu menerapkan kemampuan dan keahlian yang telah di miliki, termasuk ilmu baru agar terus bertumbuh. 

Tidak perlu takut untuk mencoba. Utamanya, dalam mencari pemecahan masalah. Dalam hal ini, tak perlu ragu-ragu juga untuk menjelajah wawasan baru dengan membaca buku, bertukar pengalaman dengan orang lain dan mendengarkan.

Learning Agility Dalam Bisnis 

Learning Agility Dalam Bisnis

Proses learning agility tak hanya berlaku bagi individu saja. Namun, juga berlaku dalam sebuah sistem. Bagi sebuah usaha atau bisnis, teknik ini diterapkan agar perusahaan maupun bisnis tetap berdiri tegak di tengah kondisi yang silih berganti.

Ada beberapa aspek yang perlu di perhatikan agar perusahaan atau bisnis tetap mampu berjalan, yaitu:

1. Pengambil Keputusan dan Penanggungjawab 

Dalam menghadapi era transformasi, seorang penanggung jawab atau pengambil keputusan, tidak hanya berpatokan pada seorang pimpinan saja. 

Adanya perubahan yang begitu cepat menuntut setiap perusahaan maupun bisnis untuk mencetak orang-orang yang bisa mengambil keputusan lebih banyak lagi. 

Artinya, perusahaan atau bisnis harus mampu menghasilkan pemimpin baru. Ketentuannya, masing-masing individu ini harus memiliki kapasitas dan keinginan untuk terus maju.

Tujuannya, agar perusahaan mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perkembangan yang terjadi. Serta, bisa mencapai hasil akhir yang di inginkan.

2. Tata Kelola Perusahaan

Ini menjadi aspek krusial proses pembuatan metode yang telah di rencanakan bisa berjalan dengan baik. Sebab, sistem tata kelola perusahaan adalah serangkaian teknik yang menjadi dasar untuk menentukan kebijakan atau keputusan. 

Bagian penting lainnya yaitu pengaturan  yang di lakukan agar pelaksanaan tugas dan pekerjaan bisa di ketahui oleh semua star secara terus menerus dan transparan. 

3. Budaya

Budaya yang dimaksud dalam aspek ini adalah budaya dalam sebuah bisnis atau perusahaan. Seperti budaya kerja, nilai hingga berbagai ketentuan yang di terapkan. 

Termasuk individu atau staf yang terlibat dan pengaruh dari tim luar juga ikut mempengaruhi. Budaya perusahaan bisa di katakan berhasil jika individu atau staf perusahaan di berikan apresiasi dan sanksi yang di berikan sudah sesuai.

Tak hanya itu, indikator keberhasilan tersebut juga bisa di nilai dari cara pemasaran perusahaan dan stimulus yang dilakukan bisa tepat sasaran. 

4. Metode yang Diterapkan 

Penerapan metode dalam sebuah perusahaan maupun bisnis menjadi tolok ukur untuk membentuk, menjabarkan dan menyesuaikan diri dalam menghadapi metamorfosis kondisi yang terus bergulir.

Salah satu metode yang di terapkan adalah bagaimana caranya perusahaan tetap bisa berdiri tegak. Caranya, dengan membuat penyusunan jadwal untuk mengerjakan tugas secara lebih detail dan rinci.

Tak hanya itu, dalam penyusunan penjadwalan juga harus bisa luwes agar mampu menerima berbagai perkembangan baru.

Dalam penerapannya, metode yang telah dilakukan harus tetap di awasi dan di nilai. Kemudian, memastikan staf atau individu yang terlibat bisa lebih efisien dan sesuai dengan apa yang di rencanakan.

5. Staff atau Karyawan

Sebagian besar staf atau karyawan yang mampu menyesuaikan diri, biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka juga tidak ragu untuk menambah keterampilan dan kapasitasnya.

Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti mengikuti penyuluhan maupun belajar dari kesalahan di masa lalu. Apalagi, di dukung dengan suasana perusahaan atau bisnis yang juga terus memberikan ilmu dan tak berhenti untuk menggali sesuatu yang baru. 

Serta, perusahaan juga mengupayakan struktur yang sudah terbentuk mampu bekerjasama dengan baik.

Ulasan di atas merupakan penjelasan lengkap dari learning agility adalah yang di ikuti dengan dimensi, komponen penyusun dan lainnya.

Kami berharap, artikel ini mampu menjadi rujukan dan referensi bagi anda yang pantang menyerah untuk terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman.

Selain artikel terkait learning agility, masih banyak artikel lain tentang self development dan ulasan terkait dunia bisnis dan usaha. 

Ikuti terus ya!