Tech Winter: Arti, Penyebab dan Dampaknya

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Beberapa waktu terakhir, fenomena tech winter menjadi salah satu isu yang cukup banyak diperbincangkan, terutama di dalam konteks startup. Isu ini berkenaan dengan masalah pendanaan kepada startup yang kian menurun.

Perbedaan perspektif bisnis hingga perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat investor bisa saja mengalihkan pendanaannya pada sektor yang lain. Selain menyebabkan perlambatan, hal ini juga bisa membuat startup bangkrut.

Seperti kita tahu, banyak startup harus mengeluarkan biaya cukup besar di tahap awal agar bisa bersaing menguasai pasar. Bagi sebagian investor, hal ini sangatlah berisiko dan memilih untuk tidak lagi berinvestasi di startup.

Apa Itu Tech Winter?

Dari apa yang sudah kita bahas di awal, dapat kita simpulkan bahwa tech winter adalah istilah yang menggambarkan kondisi startup pada tahap stagnasi, perlambatan, atau bahkan kebangkrutan.

Hal ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk perubahan ekonomi global, pergeseran dalam tren konsumen, atau bahkan kemajuan teknologi yang tidak seimbang. Saat kondisi ini terjadi, investasi dalam dunia startup cenderung menurun.

Akibatnya, perusahaan teknologi akan mengalami periode finansial yang sulit sehingga menyebabkan inovasi melambat. Bahkan, mereka yang tidak mampu lagi bersaing dengan startup baru akan mengalami kebangkrutan.

Pada kondisi ini, beberapa pihak mungkin bisa mendapatkan keuntungan, terutama dari sektor usaha yang tidak berkaitan langsung dengan teknologi. Misalnya, industri manufaktur tradisional atau jasa karena persaingannya tidak seketat sektor teknologi.

Konsumen juga bisa merasakan manfaat dari fenomena tech winter melalui penawaran harga yang lebih baik atau peningkatan layanan dari perusahaan teknologi yang berusaha menarik kembali pelanggan atau mempertahankan pangsa pasarnya.

Penyebab Tech Winter

Jika kita menilik gejolak di dunia digital beberapa waktu terakhir ini, fenomena tech winter tidak hanya melanda perusahaan-perusahaan startup saja. Akan tetapi, perusahaan besar seperti Twitter, Meta, hingga Amazon pun juga ikut mengalaminya.

Lantas, apa yang menjadi penyebab fenomena ini bisa terjadi di berbagai perusahaan teknologi? Dalam hal ini, para pakar ekonomi menyimpulkan bahwasanya penyebab terjadinya tech winter akibat beberapa hal.

Salah satu yang paling besar dampaknya adalah pandemi Covid-19 yang terjadi tahun 2019-2021 lalu. Selain itu, peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat juga memiliki andil yang cukup besar.

Selanjutnya, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga tidak ketinggalan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan rintisan dan teknologi besar dunia. Inilah yang menjadi pemicu banyak startup yang bertumbangan.

Terakhir, perubahan tren dan preferensi pasar juga turut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kenapa tech winter bisa terjadi. Hal ini membuat produk yang ditawarkan jadi kurang kompetitif.

Tak ayal, gelombang PHK menjadi salah satu jalan bagi banyak perusahaan untuk bisa tetap bertahan dalam industrinya masing-masing. Ke depannya, upaya preventif tentu harus menjadi fokus utama agar siap menghadapi masalah serupa.

Dampak Tech Winter

Dengan adanya fenomena musim dingin teknologi, perusahaan rintisan yang umumnya bergelut di sektor teknologi mengalami banyak sekali kesulitan. Adapun dampak tech winter bisa mencakup berbagai aspek, meliputi:

1. Penurunan Investasi

Selama tech winter, investor tidak lagi mau ‘bakar duit’ secara besar-besaran dan lebih berhati-hati dalam memberikan pendanaan. Hal ini tentu bisa mengakibatkan penurunan investasi dan penawaran umum perdana (IPO) perusahaan teknologi.

2. Gelombang PHK

Perusahaan yang terpengaruh dengan kejadian ini sangat mungkin akan melakukan PHK pada karyawannya demi bisa mengurangi biaya operasional. Ini tentu saja bisa meningkatkan angka pengangguran di berbagai wilayah.

3. Inovasi Melambat

Jika tech winter berlangsung dalam waktu yang lama, tentu bisa berakibat pada penurunan inovasi jangka panjang karena kurangnya sumber daya dan dorongan untuk riset dan pengembangan baru.

4. Konsolidasi Industri

Tech winter sering kali memicu terjadinya gelombang konsolidasi di industri teknologi. Perusahaan lain yang lebih besar bisa saja mengakuisisi atau mengambil alih perusahaan yang lebih kecil yang mengalami kesulitan finansial.

5. Perusahaan Mengalami kebangkrutan

Pada kondisi yang lebih parah, perusahaan mungkin sudah tidak mampu lagi menjalankan kegiatan operasionalnya lantaran kekurangan sumber daya modal. Alhasil, perusahaan bisa mengalami kebangkrutan dan tak lagi beroperasi.

Tips di Era Tech Winter

Jika dampak dari fenomena musim dingin teknologi bisa sampai membuat perusahaan bangkrut, lantas bagaimana cara untuk menghadapinya? Berikut adalah beberapa tips untuk menghadapi fenomena tersebut:

1. Lebih Menghemat Biaya

Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah dengan lebih menghemat pengeluaran dan memaksimalkan pendapatan. Ada banyak opsi untuk bisa menghemat pengeluaran tanpa harus memutuskan hubungan kerja karyawan.

Salah satunya dengan membangun kemitraan strategis, baik dalam industri maupun di luar industri. Kemitraan seperti ini dapat membantu menghasilkan nilai tambah, sumber daya tambahan, dan akses ke pasar baru.

2. Diversifikasi Portofolio

Jika kamu adalah seorang investor, maka melakukan diversifikasi portofolio investasi bisa jadi salah satu solusinya. Kamu bisa mengurangi proporsi investasi pada perusahaan-perusahaan teknologi, dan memperbanyak sektor lain yang lebih stabil.

Dengan begitu, risiko ketidakpastian yang sedang melanda perusahaan-perusahaan teknologi atau startup bisa kamu hindari. Jika fenomena ini sudah berakhir, kamu bisa mengubah lagi proporsi investasi seperti semula.

3. Perbanyak Skill Baru

Jika kamu adalah seorang karyawan atau pencari kerja, pastikan untuk menambah skill-skill baru yang sekiranya dibutuhkan dalam industri ke depannya. Hal ini demi meningkatkan daya saing kamu ke depannya.

Tingkatkan lagi kemampuan dasar yang kamu miliki saat ini dan lengkapi dengan skillset pendukung yang dapat meningkatkan kemampuanmu di bidang tersebut. Jika kamu konsisten, maka berbagai tantangan akan siap kamu hadapi.

4. Mencari Bimbingan

Carilah mentor berpengalaman untuk membimbing dan memberikan arahan untuk kamu bisa berkemabang ke depannya. Adanya mentor juga bisa memberikanmu petunjuk agar tidak salah dalam mengambil keputusan.

Mentor dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang sulit. Dengan berbagi pengetahuan dan wawasan, mereka dapat membantumu mengambil keputusan yang lebih baik.

5. Pilih Bidang dengan Permintaan Tinggi

Bagi kamu yang akan terjun ke dunia industri, MinLup saranin untuk pastikan memilih bidang yang memang banyak peminatnya. Jangan mengisi bidang-bidang dengan tingkat persaingan tinggi karena akan sulit untuk bisa memasukinya.

Jika kamu yakin dengan kemampuanmu, sah-sah saja untuk memilih bidang yang disukai banyak orang. Namun, untuk pilihan yang lebih ‘aman’, kamu bisa memilih sektor-sektor tertentu yang memiliki prospek menjanjikan ke depannya.

Nah, itulah tadi pembahasan kita tentang tech winter yang melanda startup hingga perusahaan teknologi besar. Buat kamu yang ingin terus mendapat insight seputar karir, bisnis, dan produktivitas, pastikan untuk mengikuti konten-konten dari Ngalup, ya!

FAQ

Apakah tech winter hanya akan melanda perusahaan startup dan teknologi saja?

Secara umum, fenomena tech winter memang lebih berdampak pada startup dan perusahaan teknologi. Namun, dampaknya juga bisa menjalar ke sektor-sektor lain, bahkan mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan, termasuk PHK.

Berapa lama tech winter biasanya berlangsung?

Durasi tech winter bisa bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk seberapa parah koreksi pasar dan seberapa cepat industri dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi ekonomi.

Apa saja tanda-tanda terjadinya tech winter?

Tanda-tanda awal tech winter bisa mencakup penurunan investasi, penurunan pertumbuhan industri, meningkatnya tingkat pemutusan hubungan kerja, atau penurunan kepercayaan pasar.