Lebih Cepat Lelah Mental, Ini Dampak Lain dari Hustle Culture

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Kerja…kerja…kerja, tentu Anda sudah tidak asing dengan slogan ini bukan? Memang tidak salah karena pada dasarnya Anda harus rajin bekerja seiring dengan tuntutan dan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Namun sayangnya justru hustle culture adalah efek samping yang timbul apabila Anda menyikapi slogan secara tidak tepat.

Apa Itu Hustle Culture

Hustle culture artinya sebuah lifestyle yang dilakukan oleh seorang individu untuk mengabdikan sebagian besar hidupnya pada pekerjaan. Jadi dengan kata lain individu yang memiliki gaya hidup semacam ini akan menjadi pribadi yang “gila kerja”/workaholic.  Ia akan tenggelam dalam pekerjaannya kapan pun dan di mana pun sampai mengabaikan kehidupan personal.

Memiliki motivasi tinggi dalam bekerja memang penting untuk Anda miliki karena akan memperbesar peluang Anda meraih kehidupan yang lebih baik. Misalnya peluang memperoleh kenaikan gaji, kenaikan jabatan, maupun dapat diterima oleh perusahaan lain yang tarafnya lebih besar.

Akan tetapi justru bila berlebihan akan menjadi bumerang buat diri Anda sendiri. Seperti apa dampak buruknya? Simak terus pembahasan dalam artikel ini untuk menemukan jawabannya.

Penyebab Hustle Culture

Penyebab Hustle Culture

Dari segi definisi hustle culture adalah yang demikian, mengapa bisa terjadi seperti itu? Bagaimana bisa manusia mengorbankan kehidupannya sendiri hanya demi pekerjaan? Ini ternyata faktor-faktor yang memicunya : 

1. Ingin Mendapatkan Pandangan yang Baik Sesuai Standar Sosial

Dalam lingkup yang kecil sebagai seorang anak, Anda pasti ingin mendapatkan pengakuan dari keluarga. Begitu pula halnya untuk lingkup yang lebih besar sebagai anggota masyarakat, Anda juga tentu ingin dihargai oleh teman maupun tetangga.

Berangkat dari keinginan akan pengakuan dan penghargaan itulah, hustle culture adalah jalan yang para profesional muda  tempuh. Alasannya karena sampai saat ini standar sosial secara umum masih memandang bahwa kesuksesan seseorang berbanding lurus dengan kesibukannya.

Jadi makin larut ia pulang dari pekerjaannya, orang lain akan memandangnya sebagai seorang yang sukses karena mau bekerja keras. 

Belum lagi, standar tersebut jadi makin berat karena masyarakat juga akan lebih menghargai orang-orang yang punya jabatan tinggi dan bergelimang harta. Makin cepat seseorang bisa memperoleh kedua hal tersebut maka akan akan semakin tinggi juga sanjungannya.

2. Terkontaminasi Social Media

Dari pejelasan faktor pertama di atas maka bisa dikatakan bahwa terjadinya hustle culture adalah karena rasa insecure. Orang yang belum bisa memenuhi standar sosial tersebut sedikit banyak akan mengalami insecure seperti merasa terbuang, tidak berguna, beban orang tua, dsb. Perasaan semacam ini bisa timbul salah satunya karena adanya pembanding-bandingan.

Orang tua lebih bersikap baik pada anak yang sukses, masyarakat lebih bersikap ramah pada orang yang tampilannya glamor. 

Problema ini menjadi semakin rumit karena kehadiran media sosial di mana orang-orang sekarang memanfaatkannya untuk flexing (pamer). Memamerkan pencapaian, harta benda, liburan, dsb.  

Melihat konten-konten demikian, akan timbul sikap membanding-membandingkan diri oleh orang yang belum bisa memperoleh hal tersebut. Belum lagi dengan orang tua yang sudah melek media sosial menggunakan konten semacam itu untuk membandingkan dengan anaknya sendiri.

Bisa Anda bayangkan betapa makin dalam rasa insecure tersebut karena tidak hanya menghadapinya di real life tapi juga di dunia maya. Hal itulah yang kemudian pada akhirnya  menjadi pemicu seseorang berusaha bekerja sekeras-kerasnya.  

3. Kata-Kata Motivasi yang Tidak Pada Tempatnya 

Memotivasi diri sendiri dengan kata-kata mutiara baik itu karangan Anda sendiri atau kutipan dari orang lain itu sangat bagus. Menandakan Anda benar-benar memiliki semangat mengatasi segala kesulitan yang terjadi. 

Tetapi waspadalah karena Anda justru bisa mengalami hustle culture adalah karena kata-kata motivasi tersebut. Kata-kata motivasi yang dilontarkan tanpa memahami lebih dalam situasi yang terjadi justru akan menjadi toxic positivity

Istilah itu merupakan sebuah sikap yang menekankan agar Anda tetap bersikap positif di segala situasi dan mengenyahkan segala emosi negatif. Contoh kata-kata motivasi yang bisa menyebabkan toxic positivity

  • Seorang pemenang tidak akan menyerah, orang yang menyerah tidak akan pernah menang.
  • Orang lain juga mengalami kesulitan, jangan merasa kamu yang paling susah.
  • Jangan menggerutu nanti kapan suksesnya?
  • Kalau orang lain bisa, kamu juga pasti bisa.

Terlihat sangat manis bukan kata-kata motivasi di atas? Sayangnya kalau Anda menggunakannya tanpa memahami kondisi sendiri waktu itu bisa berakibat fatal. Anda bisa jadi selalu berusaha mengabaikan unek-unek yang ada di dalam hati dan tentu ini akan mengganggu kesehatan mental.  

Padahal its okay to be not okay, Anda tetaplah seorang manusia dengan segala keterbatasannya termasuk memiliki emosi negatif. Menolak emosi negatif berarti sama saja menolak diri sendiri sebagai seorang manusia. Justru Anda harus berdamai dengan itu semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

4. Tidak Memiliki Arah Hidup yang Jelas

Seringkali penyebab orang terjebak dalam hustle culture adalah ia tidak tahu mau mengarahkan hidupnya ke mana, hanya menurut apa kata orang. Dari situlah kemudian ia berusaha mengalihkan keterombang-ambingan hidupnya dengan bekerja dan bekerja. 

Jadi sebaiknya mulai sekarang tetapkan ingin hidup yang bagaimana sehingga standar Anda benar-benar jelas, tidak sekedar ikut-ikutan.  

5. Munculnya Teknologi Modern

Di samping teknologi media sosial yang buat Anda jadi suka membanding-bandingkan, hustle culture adalah juga didasari teknologi tatap muka secara online. Aplikasi seperti zoom, google meeting, dsb yang memungkinkan Anda tetap bekerja meskipun sedang berada di rumah.

Dengan alasan kerja dari rumah jadi lebih santai dan fleksibel membuat Anda jadi lupa waktu dalam bekerja. 

Dampak dari Hustle Culture

Dampak dari Hustle Culture

Seperti yang sudah pembahasan sebelumnya sebutkan bahwa hustle culture dapat menjadi bumerang. Ini berarti sebenarnya gaya hidup seperti ini lebih banyak merugikan daripada manfaatnya. Mari cari tahu seperti apa dampak negatifnya.

Dampak Negatif Hustle Culture 

Orang yang terlalu lama terjebak hustle culture adalah orang yang lebih rentan terjerumus lebih dalam ke dalam toxic hustle culture. Bila sudah sampai pada titik ini maka biasanya seseorang akan menunjukkan ciri-ciri : 

1. Sering Tidur Larut

Tidur bukan hanya sekedar merilekskan tapi juga kesehatan karena tidur yang berkualitas akan membuat proses metabolisme dan detoksifikasi dalam tubuh Anda lebih optimal. 

Namun sayangnya orang dengan hustle culture adalah pasti mengabaikan yang satu ini karena merasa pekerjaannya lebih penting. Perilaku seperti ini sudah jelas tidak sehat bagi tubuh bila Anda lakukan terus-menerus

2. Tidak Punya Waktu Luang Lagi Untuk Kegiatan yang Disukai

Pada pembahasan definisi menyebutkan bahwa orang dengan hustle culture adalah yang memiliki pemikiran semakin sibuk semakin berharga hidupnya. Secara umum, mereka akan merasa bersalah apabila sedang bersantai. Akibatnya karena seluruh waktu dialokasikan hanya untuk bekerja, mereka tidak dapat menikmati me time.

3. Suka Mengomparasi/Membandingkan

Contoh hustle culture yang sudah masuk taraf toxic adalah suka membandingkan secara berlebihan. Ini terjadi karena orang tersebut sudah menempatkan harga dirinya tergantung dari apa ya ia capai.

Ia akan merasa begitu senang kalau ada orang yang tingkat hidupnya lebih buruk dan merasa iri hati melihat orang yang lebih baik. 

4. Memiliki Target yang Tidak Masuk Akal

Seorang individu yang memiliki gaya hidup hustle culture adalah sudah pasti berambisi tinggi. Sayangnya ambisi itu acap kali jadi tidak realistis karena berpondasikan pada motivasi yang salah yaitu nafsu untuk selalu melebihi orang lain. Padahal kapasitasnya saat itu belum tentu cukup untuk mewujudkan ambisinya.

Karakteristik Hustle Culture

Karakteristik Hustle Culture

Dengan karakteristik yang sudah tidak beres semacam itu maka dampaknya orang tersebut akan mengalami : 

1. Kelelahan Secara Fisik dan Mental Dengan Cepat

Pada suatu titik orang yang sedang meniti karir akan mengalami burnout, suatu kondisi  yang membuat kelelahan fisik dan mental yang begitu hebat. Secara general orang yang sedang burnout akan menunjukkan karakteristik berikut : 

  • Gampang tersinggung
  • Mengalami pusing yang akut
  • Kehilangan semangat hidup
  • Merasa diri tidak berguna, dsb. 

Orang yang menjalani hustle culture adalah yang lebih rentan dan cepat terkena burnout karena mereka sering membebani diri sendiri dengan ekspektasi.

2. Kesulitan Untuk Bersyukur

Orang yang bersyukur akan dengan mudah menerima diri sebagaimana adanya, mereka tahu batas kemampuannya sampai di mana. Hal itu untuk dilakukan orang dengan hustle culture adalah sulit karena mereka hanya mengukur keberhasilan dari seberapa banyak pengakuan yang mereka peroleh. 

Berakar dari sulit menerima diri inilah, mereka juga akan susah mensyukuri apa yang sudah mereka kerjakan, selalu merasa ada yang kurang.

3. Berpotensi Terkena Penyakit yang Lebih Serius

Sudah sering mengabaikan jam tidur masih ditambah lagi memberatkan diri dengan sikap perfeksionis yang berlebihan, riskan timbul bermacam-macam penyakit. Misalnya seperti : tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, jantung, stroke, dsb.

Penyakit yang lebih serius di sini bukan hanya sekedar fisik tapi juga mental apabila burnout yang terjadi tidak segera teratasi. Ini terlihat dari survei penelitian hustle culture dari deloitte terhadap 2.100 orang pekerja. 

Survei itu menyatakan bahwa akibat hustle culture telah membuat 50% karyawan harus menghadapi masalah kesehatan mental. Belum lagi 30% di antaranya juga mengalami perasaan kesepian, sesuatu yang mudah sekali menjerumuskan ke dalam depresi. 

4. Membuat Rekan Kerja Anda Turut Tertekan

Jangan Anda kira, hustle culture adalah gaya hidup yang hanya berdampak untuk per orangan saja tapi juga dapat berdampak buruk pada orang lain. Sebagai contoh kasus hustle culture semacam ini adalah saat seorang atasan menelepon bawahannya padahal jam kerja sudah selesai atau saat libur.. 

Jelas terlihat bahwa sang atasan memiliki karakter gila kerja yang sampai menyebabkan bawahannya menjadi tertekan dan tidak tenang. 

Dampak Positif Hustle Culture

Dampak Positif Hustle Culture

Jadi melihat keburukan-keburukan itu apakah lantas hustle culture adalah hal yang tidak memiliki dampak positif? Masih ada tapi dengan konteks Anda tahu batasannya. Manfaatnya meliputi : 

1. Pekerjaan Lebih Cepat Selesai

Menanggung beban kerja yang berat secara terus-menerus tidaklah menyenangkan. Jadi memang ada kalanya hustle culture adalah solusi untuk Anda terapkan supaya pekerja cepat selesai. Dengan demikian bila nanti sudah selesai, Anda dapat beristirahat dengan  lebih lega.

2. Meningkatkan Produktivitas

Melihat dampak yang satu ini mungkin Anda akan merasa bingung bukankah orang yang gila kerja akan lebih cepat burnout dan sudah pasti jadi tidak produktif? Produktivitas meningkat dengan gaya hidup ini asal Anda sudah tahu apa yang memang paling krusial untuk segera diselesaikan. 

Hustle Culture Dalam Islam

Dari sisi penelitian ilmiah  sudah menunjukkan bahwa memang gila kerja tidak bagus untuk kesehatan. Supaya sudut pandang makin lengkap maka juga perlu ada kajian dari agama.

Dari sisi Islam sendiri menyatakan secara tersirat bahwa fenomena hustle culture itu tidaklah baik. 

Tertulis dalam Q.S. Al Ma’idah: 77  yang berbunyi bahwa Allah memerintahkan umat-Nya untuk jangan berlebih-lebihan dalam melakukan suatu urusan keagamaan. Justru karena berlebihan itu membuat umat jadi tersesat di jalan yang lurus. 

Hal yang sama juga berlaku untuk urusan pekerjaan yang berlebihan sampai akhirnya malah meninggalkan kewajiban yang paling penting yaitu sholat. 

Cara Mengatasi Hustle Culture

Sudah terlanjur terjebak dalam lingkaran “hidup hanya untuk bekerja”? Jangan khawatir, Anda masih bisa keluar dari situ dengan cara 

1. Stop Membuat Perbandingan 

Makin sering membandingkan maka akan makin tinggi juga rasa insecure dalam diri Anda. Hidup bukan soal balapan untuk menjadi sang juara yang memperoleh keagungan. 

Pemikiran ini akan menyebabkan Anda tidak akan pernah puas karena membuat Anda hanya berfokus pada apa yang kurang bukan apa yang sudah Anda miliki. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati justru datang dari orang yang mengerti bahwa dia unik dengan segala kekurangan dan kelebihannya. 

Jadi sebaiknya kurangi waktu berselancar di media sosial supaya Anda tidak tergoda untuk terus membanding-bandingkan diri.

2. Mulai Lakukan Lagi Aktivitas yang Anda Senangi

Mari lakukan lagi aktivitas atau hobi yang sempat Anda tinggalkan. Selain membuat rileks, hobi juga akan membangkitkan lagi semangat “anak kecil” dalam diri Anda untuk memandang hidup sebagai”taman bermain yang menyenangkan”. Namun bukan berarti jadi bermalas-malasan.

3. Mengetahui Batas Kemampuan Diri

Orang yang matang secara kedewasaan adalah yang mengerti keterbatasannya. Ia tahu kapan harus beristirahat, tidak hanya sekedar terbawa nafsu dalam bekerja. Ia juga tahu kapan harus berkata tidak pada permintaan tolong dari rekan kerjanya.

4. Introspeksi Diri

Timbul hustle culture adalah sering kali karena fokus Anda berusaha jadi orang lain dan malah melupakan apa yang seharusnya terbaik buat diri sendiri.

Oleh karenanya, supaya tidak lagi terjebak maka seringlah mengambil waktu mengintrospeksi seputar : 

  • Apa sebenarnya yang Anda cari dalam hidup?
  • Emosi apa yang  Anda rasakan selama ini saat bekerja?
  • Cara berdamai dan mengatasi emosi negatif.

Bagaimana cara introspeksi diri dengan tepat? Ada beberapa langkah : 

  • Mencatat segala apa yang terjadi di tempat kerja baik itu peristiwa menyenangkan maupun yang buruk.
  • Menganalisis mengapa peristiwa menyenangkan maupun buruk itu terjadi dan bagaimana respon Anda dan rekan-rekan kerja. 
  • Simpulkan apa penyebab Anda mengalami peristiwa menyenangkan. Sebaliknya juga cari solusi dan saran atas peristiwa yang buruk
  • Berdoa supaya Tuhan berikan kekuatan.

5. Komitmen Untuk Istirahat Tepat Waktu

Di samping karena membebani diri sendiri secara emosional, kerja tidak tahu waktu akan membuat makin cepat burn out karena waktu tidur yang tersita. Tubuh yang tidak cukup istirahat akan membuat Anda jadi tidak prima saat bekerja. 

Kondisi yang demikian selain mengurangi performa, Anda jadi lebih rapuh untuk menghadapi hari yang buruk di tempat kerja.  Jangan merasa bangga hustle culture adalah menjadi bagian dari keseharian Anda. Malah seharusnya Anda jadi waspada mengingat banyak efek merugikannya.