Apakah kamu sudah tahu multitasking adalah seperti apa? Kalau belum tahu banyak, yuk simak lebih dalam pembahasan ini. Kamu akan dijelaskan secara lengkap mulai dari makna apa itu multitasking, dampak positif dan negatifnya.
Pengertian Multitasking
Jadi definisi multitasking adalah suatu kemampuan untuk dapat mengerjakan dua atau lebih suatu tugas dalam waktu yang hampir sama. Dari arti multitasking tersebut bisa dibayangkan bahwa dalam proses menyelesaikan tugas dengan cara seperti itu akan membuat fokus kamu terbagi-bagi.
Beberapa orang berpikir bahwa dengan begitu maka tugas yang banyak akan lebih cepat selesai daripada mengerjakannya satu per satu. Hidup terasa semakin produktif karena mampu mengerjakan segala sesuatunya dalam waktu singkat.
Namun benarkah kenyataannya multitasking adalah demikian? Banyak timbul perdebatan soal ini yang membuat topik multitasking menjadi semakin menarik untuk dibahas
Pro Kontra Multitasking
Dalam suatu perdebatan pasti ada yang setuju karena melihat multitasking adalah memiliki banyak manfaat. Tapi ada juga yang tidak setuju karena memandangnya dari kerugian yang ditimbulkannya. Mari bahas satu per satu
Kelebihan Multitasking
- Pekerjaan Lebih Cepat Selesai
Seperti yang sudah paragraf sebelumnya singgung, pada faktanya orang yang kemampuan multitasking akan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Ini terjadi karena ia mampu mengerjakan lebih banyak tugas dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian waktu yang ada pun dapat lebih dihemat.
- Tidak Perlu Menunda-Nunda Tugas
Oleh karena dalam multitasking adalah berusaha mengerjakan sebanyak mungkin maka kamu tidak perlu lagi menjadwalkan hari lain. Semuanya akan berusaha kamu selesaikan pada hari itu juga.
Terlihat sangat hectic tapi gaya seperti ini mampu meminimalkan distraksi yang tidak perlu karena benar-benar fokus menyelesaikan tugas-tugas yang ada.
- Menaikkan Kompetensi
Multitasking adalah berbicara bagaimana kamu dapat membagi fokus. Dengan demikian jika sudah terbiasa melakukannya, maka seharusnya skill kerjamu sudah sangat bagus. Kamu mampu memindah-mindahkan fokus dengan cepat tergantung dari tugas mana yang dikerjakan.
Itulah mengapa perusahaan di Indonesia pada umumnya lebih suka pada karyawan yang mampu multitasking. Mereka menilainya sebagai karyawan yang lebih produktif dan lebih tahan terhadap segala bentuk tekanan.
Baca juga: Hard Skill: Pengertian, Contoh dan Cara Meningkatkannya
- Dapat Beradaptasi Dengan Segala Perubahan yang Mendadak.
Biasanya seseorang yang sehari-hari hanya fokus pada satu hal akan mengalami kepanikan ketika ada perubahan yang mendadak. Misalnya harus mengubah hasil kerjanya karena pertimbangan dari manajemen atau tiba-tiba mendapatkan tugas tambahan.
Hala semacam itu tidak akan terjadi kepada orang yang melakukan multitasking adalah sudah seperti sarapan pagi. Ada perubahan maupun penambahan tugas, ia dapat tetap tenang untuk mengerjakannya.
Baca juga: Self Reward Adalah: Manfaat, Contoh, dan Tips-Tipsnya
Kekurangan Multitasking
- Mengganggu Kerja Otak
Otak secara natural akan jauh lebih optimal apabila hanya fokus mengerjakan satu hal saja. Melakukan multitasking sama saja dengan kamu sedang membuat otakmu overload karena banyaknya beban yang harus dipikul dalam satu waktu.
Mesin saja rusak kalau overload apalagi otak yang begitu lunak. Kamu akan sulit untuk berkonsentrasi karena fokusmu terus berpindah-pindah dari waktu ke waktu. Sangat berisiko membuat kamu jadi teledor dalam mengerjakan tugas sehingga hasilnya jadi tidak maksimal.
Percuma saja bukan bekerja seolah-olah cepat selesai tapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, masa iya masih disebut produktif?
Mengenai masalah ini bahkan seorang peneliti bernama Zhen Wang menyatakan kalau multitasking tidak membuat seseorang lebih produktif. Jadi sebenarnya itu hanya sekedar anggapan karena orang yang multitasking adalah merasa keren. Namun untuk masalah kualitas performanya malah lebih buruk daripada orang yang fokus pada 1 hal saja.
Buruknya performa ini makin terlihat jelas lewat pernyataan dari salah satu peneliti Stanford University, Clifford Nass.
Ia menjelaskan bahwa orang yang melakukan multitasking justru sangat buruk dalam melaksanakan aspek-aspek yang ada di dalam multitasking itu sendiri. Aspek tersebut seperti menyeleksi mana informasi yang relevan dengan yang tidak dan berganti fokus ke hal yang lain.
Berdasarkan fakta-fakta itulah jadi tidak mengherankan kalau kamu lagi multitasking tiba-tiba pikun dengan apa yang harus kamu lakukan.
- Cepat Burn Out
Analoginya begini, ototmu cuma kuat membawa 5 kg barang tapi kamu paksa membawa 10 kg. Memang bisa tapi kamu akan cepat lelah. Begitu pula dengan otak yang overload juga akan mengalami kelelahan.
Kalau sudah begitu, kamu pasti akan berada dalam kondisi yang disebut burn out di mana tidak hanya otakmu yang lelah tapi juga fisik. Inilah mengapa hal ini justru akan menurunkan performa kerjamu
- Salah Menyusun Skala Prioritas
Kamu perlu mengerti bahwa tidak setiap tugas yang kamu miliki, urgen untuk dikerjakan sesegera mungkin. Dengan demikian logikanya, kamu harus mengutamakan dulu tugas dengan tenggat waktu atau deadline yang paling dekat. Sementara tugas yang masih lama bisa dikerjakan nanti.
Melakukan multitasking adalah sangat berpeluang besar membuat kamu jadi salah memprioritaskan. Tugas yang seharusnya masih di posisi nomor kesekian, kamu campurkan dengan tugas yang wajib secepatnya selesai. Yang ada tugas utamamu bisa-bisa jadi terlambat dikumpulkan.
Alasan Multitasking
Terlepas dengan segala dampak negatif yang timbul darinya, mengapa masih banyak orang yang melihat multitasking adalah pilihan yang tepat?
- Terkait Kompetensi Dalam Pekerjaan
Meskipun sebenarnya tidak tepat tapi tidak dapat dipungkiri kalau kamu melihat di iklan lowongan kerja. Di situ masih banyak perusahaan di Indonesia yang mencari suatu posisi tapi dengan berbagai job desk yang bukan seharusnya.
Dengan demikian mau tidak mau supaya terlihat kompeten, mau tidak mau kamu harus multitasking. Kamu harus selalu siap dengan segala tekanan dari tugas yang datang bertubi-tubi yang semuanya harus segera diselesaikan.
- Sikap Kompulsif
Kompulsif berarti kondisi di mana kamu merasa ingin cepat-cepat melakukan sesuatu yang didorong oleh perasaan. Kamu ingin tugas cepat selesai dan akhirnya berusaha mengerjakannya sebanyak mungkin dalam 1 waktu. Semakin cepat selesai maka semakin banyak waktu yang luang untuk melakukan hal lain
Selain rasa kurang sabar seperti itu, ciri-ciri orang yang kompulsif juga bisa berasal dari rasa jenuh. Kamu jenuh dengan tugas-tugasmu sehingga akhirnya kamu buka sosial media sebagai selingan. Kalau multitaskingnya seperti ini jelas kurang baik karena kamu lama kelamaan terlena dengan aktivitas yang lebih enak.
Tips Multitasking
Jika memang pekerjaan memaksamu multitasking maka sebaiknya lakukan beberapa tips multitasking di kantor berikut ini
1. Kerjakan Tugas yang Mirip Sistematikanya
Fokus kamu akan mudah buyar jika antara tugas yang satu dengan yang lain dalam multitasking adalah berbeda terlalu jauh. Oleh karenanya untuk setidaknya meminimalkan dampak negatif, pilihlah tugas yang mirip. Jadi alur berpikirmu akan relatif lebih stabil karena sudah ada gambaran dari tugas yang satunya lagi.
Contoh multitasking yang semacam ini :
- Mengawasi Traffic Media Sosial Sambil Membuat Konten
Berprofesi di bidang yang berkaitan dengan media sosial memang tidak menentu karena memang bisa jadi audience berkomentar di saat yang tidak terduga. Kamu harus segera fast response tapi di sisi lain kamu juga harus bertanggung jawab membuat konten-konten baru.
Dalam hal inilah multitasking adalah menjadi krusial untuk dilakukan. Namun kedua aktivitas ini tidak akan menyedot energimu terlalu banyak karena masih dalam lingkup yang sama.
Apalagi menangani sosial media kini juga menjadi semakin mudah kalau kamu punya dasar ilmu yang cukup. Sangat cocok buat kamu yang ingin mempelajari lebih banyak soal spesialis sosial media lewat workshop bertajuk Practiclass dari Ngalup.
Cukup dalam 2 hari, kamu akan mendapatkan bimbingan dari mentor-mentor yang sudah terbukti ahli di bidangnya. Materi yang akan diajarkan dijamin akan langsung membuat kamu mengerti inti utama menjadi spesialis sosial media. Supaya gambarannya lebih jelas, ngalup akan berikan kisi-kisi materi yang akan kamu pelajari :
- Mengenal mengapa media sosial menjadi sangat krusial bagi perkembangan bisnis
- Peran social media specialist
- Jenjang karir dari seorang social media specialist
- Skill utama yang harus kamu miliki
- Perbandingan pekerjaan social media specialist dengan jenis profesi media sosial lainnya
- Konsep-konsep dasar marketing yang harus dipahami social media specialist
- Manajemen konten dalam media sosial
- Cara membuat storytelling agar kontenmu menarik bagi audience
- Mengecek Berkas-Berkas
Tugas lainnya yang masih bisa multitasking adalah yang berkaitan dengan pengecekan berkas. Misalnya memeriksa tugas atau ujian murid jika kamu sebagai guru. Begitu pula dalam dunia administrasi kantor yang harus mengurus dokumen nasabah yang begitu banyaknya.
2. Buat Daftar Tugas Dengan Rapi
Seperti yang sudah kamu baca sebelumnya bahwa efek negatif multitasking yaitu membuat kamu tidak bisa memprioritaskan urgensi tugas dengan tepat. Jadi sebaiknya kalau mau multitasking dengan tepat sesuai kemiripan maka juga harus dibuat catatannya.
Perhitungkan dengan baik tugas mana saja yang tidak akan sampai mengganggu fokus. Dapat kamu kerjakan bersamaan tapi tidak sampai menghambat tugas utama.
3. Rutin Memeriksa Ulang Hasil Kerja
Multitasking seolah membuat kamu dapat mengerjakan banyak tugas tapi sayangnya tidak menjamin kualitasnya. Kamu lebih rawan tidak teliti di sana sini.
Boleh multitasking tapi konsekuensinya kamu tidak boleh malas periksa ulang untuk memastikan setiap pekerjaanmu benar-benar bagus.
4. Optimalkan Teknologi Untuk Membantu
Kemajuan teknologi yang ada memungkinkan kamu untuk meminimalkan multitasking. Misalnya kamu memakai fitur balas otomatis di e-mail, WA, dsb. Fitur yang sangat berguna agar tidak sampai membuat customer ,rekan kerja, dan atasanmu merasa terabaikan.
Tanda Anda Tidak Cocok Multitasking
Lakukanlah multitasking jika benar-benar terpaksa dan kalau Anda belum terbiasa sebaiknya jangan terlalu memaksa. Setiap orang memiliki kapasitasnya masing-masing sehingga belum tentu cocok dengan sistem kerja seperti ini. Anda tidak cocok multitasking dalam pekerjaan apabila menunjukkan tanda berikut :
- Kamu tidak pernah bisa menuntaskan setiap pekerjaan dengan baik setiap multitasking. Kalau selesai saja tidak, jeleknya kualitas kerja pun juga tidak perlu dipertanyakan.
- Kamu lebih banyak lupanya ketika berada dalam proses multitasking. Bukan hanya lupa detail-detail kecil tapi juga sampai pada kerangka besarnya. Kalau kamu tipe yang begini maka penting sekali memiliki catatan pengingat .
- Kamu jadi mudah terbawa emosi seperti ketakutan, kemarahan, dan kepanikan saat harus membagi fokus. Itu berarti kamu bukan tipe orang yang kuat menahan tekanan yang pasti akan dirasakan saat multitasking.
Pertimbangkan baik-baik, karena multitasking merupakan aktivitas yang tidak mudah. Percuma saja bukan mengerjakan banyak hal dalam 1 waktu tapi banyak juga salahnya? Produktivitas bukan masalah kuantitas tapi juga soal kualitas.