Pada era digitalisasi saat ini, setiap bisnis harus membuat strategi pemasaran endorsement. Tujuannya, agar usaha yang dirintis bisa melakukan promosi lebih masif. Kemudian, menarik jangkauan pasar lebih luas lagi. Serta, lebih adaptif dalam perkembangan zaman.
Menjawab tantangan tersebut, Ngalup Collaborative Network menggelar ION Corner, Jumat 6 Oktober 2023. Kegiatan bertajuk ‘Serba-Serbi Endorsement, Dari Strategi Sampai Evaluasi,’ ini diikuti oleh sekitar 50 peserta secara daring.
Dalam pembahasan tersebut, Social Media Specialist, Delavira Rachmalia selaku pemberi materi mengungkapkan, dunia media sosial kekinian sangat dinamis.
“Sosial media itu sifatnya tidak pasti, tergantung dari algoritma masing-masing platform. Disana, semua orang boleh sharing, berpendapat dan bebas mencoba apapun,” terang dia.
Dalam perkembangannya, dunia sosial media juga menghadirkan sederet profesi baru. Seperti Key Opinion Leader (KOL) dan juga influencer. Namun, sebagian orang masih belum bisa membedakan keduanya.
KOL merupakan orang yang memiliki kemampuan atau skill di bidang tertentu. Sehingga, pendapatnya lebih banyak didengar oleh masyarakat.
“KOL ini fokus pada pengetahuan dan keahlian pada bidang tertentu. Mereka dihormati karena kredibilitas mereka,” papar dia.
Sedangkan, influencer merupakan orang yang memiliki daya tarik pribadi dan memiliki pengikut besar di media sosial.
“Influencer ini mempengaruhi gaya hidup orang. Digunakan untuk promosi dan pemasaran merek,” kata dia.
Meski demikian, menurut Delavira, keduanya memiliki peran penting di media sosial. Sehingga, pelaku usaha harus betul-betul memetakan sesuai dengan kebutuhan.
“Pemilihan KOL dan influencer tergantung dari campaign dan target,” imbuh dia.
Selanjutnya, Delavira menjelaskan, baik KOL maupun influencer juga memiliki pengaruh yang sama-sama kuat. Antara lain, meningkatkan kesadaran merek dan visibilitas.
“Meningkatkan, keterlibatan konsumen, meningkatkan kepercayaan pelanggan dan menambah segmentasi pasar baru,” imbuh dia.
Salah satu contoh yang diberikan adalah terkait produk Santan Sasa. Dari yang sebelumnya memiliki segmentasi pasar ibu-ibu, keluarga dan penjual makanan, kemudian memiliki segmentasi pasar baru.
“Mereka menggunakan brand ambassador tokoh dari Korea Selatan untuk mendapatkan segmentasi baru, yakni anak muda, kpopers, owner kafe dan orang yang ingin tahu,” papar dia.
Untuk itu, Delavira menguraikan, ada beberapa tips untuk kerjasama influencer yang tepat. Antara lain, sudah membangun trust pada media sosial.
“Ketika marketplace sudah terlihat traffic-nya, sedang ada event-event penting atau saat ingin boost penjualan,” papar dia.
Evaluasi kerjasama dengan KOL atau influencer sangat penting dalam strategi pemasaran. Untuk melakukannya, langkah pertama adalah memahami tujuan kampanye social media dan memetakan parameter keberhasilannya.
Pertama, analisis dampak sosial mereka. Periksa jumlah pengikut, interaksi, dan pertumbuhan follower. Pertimbangkan apakah audiens mereka cocok dengan merek.
Kemudian, perhatikan kualitas konten yang mereka hasilkan. Apakah sesuai dengan citra merek yang sudah dibentuk. Lihat juga apakah KOL atau influencer tersebut mematuhi pedoman dan nilai merek.
Selanjutnya, nilai tingkat keterlibatan (engagement) dari audiens. Evaluasi komentar, like, dan berbagi konten. Apakah mereka aktif terlibat atau hanya sekadar mengejar tren?
Terakhir, perhitungkan ROI. Bandingkan biaya kampanye dengan hasilnya dalam hal peningkatan penjualan, kesadaran merek, atau konversi.
Hasil evaluasi ini membantu untuk memutuskan apakah kerjasama dengan kol atau influencer tersebut sukses dan apakah perlu dilanjutkan. Evaluasi harus dilakukan secara berkala untuk memastikan kampanye pemasaran tetap efektif dan sesuai dengan tujuan merek .
Ingin tahu strategi pemasaran endorsement lainnya? Ikuti event kami berikutnya ya!