Apa itu Workaholic? Ciri-ciri & Bedanya dengan Pekerja Keras

Photo of author
Written By ngalup

Artikel ini telah diterbitkan oleh
Ngalup Collaborative Network.

Workaholic adalah individu yang cenderung gila kerja. Orang-orang dengan tipe tersebut, kekinian banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, dalam kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, para pekerja ini dituntut untuk mengikuti perubahan dengan cepat. Jika tidak, maka akan tertinggal jauh di belakang.

Jika dilihat dari sisi positif, individu yang berambisi untuk mengejar karir alias workaholic adalah orang yang suka belajar dan tantangan baru. Tentunya, hal ini memberikan dampak yang baik bagi perkembangan yang ada pada dirinya. 

Akan tetapi, jika dilihat dari sisi negatif, workaholic adalah individu yang cenderung tidak memiliki waktu santai untuk dirinya sendiri. Bahkan, sering merasa stress. Jika dibiarkan terus-menerus, bisa mengganggu kesehatan mental.  

Pada uraian ini, akan memberikan pemahaman mengenai dampak dan cara menangani workaholic adalah sebagai berikut:

Apa Itu Workaholic

apa itu workaholic

Pada bagian ini, akan dijelaskan secara mendalam mengenai pengertian workaholic. Berdasarkan penjelasan singkat di atas, definisi workaholic yakni sebutan bagi individu yang lebih mementingkan pekerjaan. Namun, porsinya cenderung berlebihan sehingga mengabaikan diri sendiri dan kehidupan sosial. Umumnya, ini terjadi karena orang-orang ini cenderung berambisi untuk mengumpulkan uang yang banyak hingga cara yang digunakan oleh seseorang untuk menambah ilmu pada dirinya sendiri.

Tak menutup kemungkinan, sebagian besar orang yang merupakan workaholic adalah individu yang berupaya melupakan permasalahan yang terjadi pada kehidupan pribadinya. Atau, sebagai bentuk untuk mendapat pengakuan dari lingkungan sosial.

Memang, semula berawal dari rutinitas. Akan tetapi, jika terus menerus dilakukan, kebiasaan ini terus bertambah, bahkan sulit untuk berhenti. Bahkan cenderung tak terkendali. Berdasarkan penjelasannya, workaholic adalah orang yang tak pernah menghayati tugas yang dilakukan dalam pekerjaan. 

Namun, mereka terus bekerja karena adanya paksaan dari dalam dirinya. Sebab, seorang workaholic kerap merasa gelisah ketika tidak melakukan pekerjaan. Biasanya, workaholic adalah orang yang selalu berhasil menyelesaikan pekerjaan lebih baik dan unggul dari harapan pimpinan. 

Dampak Workaholic

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, jika kebiasaan menjadi workaholic terus-menerus dilakukan, akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap kesehatan. Berikut dampak workaholic adalah sebagai berikut:

  1. Skema Tidur Berantakan

Dampak pertama workaholic adalah skema tidur yang berantakan. Jika idelanya, orang tidur malam sekitar delapan jam, akan semakin berkurang. Bahkan, hanya tidur sekitar dua atau tiga jam saja. Hal ini terjadi lantaran terlalu semangat bekerja hingga tengah malam. 

Bahkan, saat mulai memejamkan mata, tidur tidak tenang dan sering terbangun. Sehingga, tidur menjadi tidak berkualitas. Hal ini tentunya membuat kondisi tubuh menjadi cepat lelah. Tak hanya itu, pola tidur tidak teratur ini juga dapat menimbulkan penyakit tertentu.

  1. Waktu Untuk Diri Sendiri Berkurang

Berikutnya, dampak menjadi workaholic adalah tak memiliki cukup waktu untuk diri sendiri. Misalnya untuk bersantai atau bersosialisasi dengan keluarga maupun teman. Hal ini justru mengurangi banyak waktu berkualitas dengan orang-orang terkasih.

Sehingga, tak jarang, individu yang gila kerja kerap berkonflik dengan orang-orang yang dekat dengannya. Sebab, mereka tak memiliki cukup waktu untuk berdiskusi untuk mencari solusi atas permasalahan yang telah terjadi. 

  1. Pola Hidup Tak Sehat

Selanjutnya, dampak dari workaholic adalah cenderung susah menerapkan pola hidup sehat. Sebab, mereka yang memiliki kebiasaan ini, cenderung akrab dengan kopi, gula, rokok hingga makan sering terlambat. Tentu, hal ini merupakan cara hidup tak sehat. 

Tabiat tersebut jika terus-menerus dilakukan, akan membuat sistem imun turun, sehingga timbul penyakit-penyakit yang tak diinginkan di kemudian hari. 

  1. Ganggu Kesehatan Mental

Terakhir, dampak yang cukup berat bagi workaholic adalah mengganggu kesehatan jiwa akibat terlalu jenuh dan stres. Misalnya, sering merasa gelisah dan terkena tekanan mental. Sebab, bekerja tak membuat bahagia, namun justru merasa tertekan. 

Baca juga: Apa itu Self Healing? 12+ Cara Melakukannya

Ciri-Ciri Workaholic

ciri ciri workaholic

Ciri-ciri seorang workaholic adalah seseorang yang memiliki kecenderungan kuat untuk bekerja berlebihan dan cenderung mengutamakan pekerjaan di atas segala hal lain dalam hidup mereka. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dari seorang workaholic adalah:

1. Obsesi Terhadap Pekerjaan

Workaholic adalah orang yang seringkali memiliki obsesi yang kuat terhadap pekerjaan. Mereka selalu berpikir tentang pekerjaan, bahkan di luar jam kerja dan selalu merasa perlu bekerja lebih banyak. 

2. Memprioritaskan Pekerjaan

Workaholic adalah individu yang cenderung mengutamakan pekerjaan di atas segala hal lain dalam hidup mereka, termasuk hubungan pribadi, kesehatan, dan rekreasi. Mereka mungkin mengabaikan kebutuhan diri sendiri dan mengorbankan waktu bersama keluarga dan teman-teman.

3. Kesulitan Untuk Melepaskan Diri Dari Pekerjaan

Workaholic adalah orang yang sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan, bahkan ketika mereka tidak sedang bekerja. Mereka mungkin sering memikirkan tugas-tugas yang belum selesai atau merasa bersalah ketika tidak bekerja.

4. Bekerja Secara Berlebihan

Workaholic cenderung bekerja lebih dari yang seharusnya. Mereka seringkali mengorbankan waktu tidur dan waktu istirahat untuk terus bekerja. Mereka mungkin juga mengabaikan liburan dan cuti yang seharusnya mereka ambil. 

5. Identitas yang Terlalu Terikat Pada Pekerjaan

Workaholic sering mengidentifikasikan diri mereka sepenuhnya dengan pekerjaan mereka. Mereka mungkin merasa bahwa nilai mereka sebagai individu tergantung pada kesuksesan pekerjaan mereka, dan merasa cemas jika mereka tidak dapat mencapai standar yang tinggi.

6. Kehilangan Keseimbangan Hidup

Workaholic seringkali kehilangan keseimbangan dalam hidup mereka. Mereka mungkin tidak memiliki waktu untuk melakukan aktivitas rekreasi, menjaga kesehatan fisik dan emosional mereka, atau menjalin hubungan yang bermakna.

7. Terlalu Perfeksionis

Workaholic cenderung memiliki standar yang sangat tinggi dan sulit untuk puas dengan hasil kerja mereka. Mereka seringkali terjebak dalam mencapai kesempurnaan dan terus bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.

8. Ketergantungan Emosional Pada Pekerjaan

Workaholic mungkin mengandalkan pekerjaan sebagai sumber utama kepuasan dan pengakuan emosional. Mereka mungkin merasa tidak berdaya atau tidak berharga di luar konteks pekerjaan.

Baca juga: Ini Bedanya Side Hustle dan Kerja Sampingan

Cara Mengatasi Workaholic

Agar tak terjerembab dalam pola workaholic, orang-orang harus memiliki cara mengatasi workaholic. Tips ini bermanfaat untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan yang dilakukan. Berikut merupakan ketentuan agar tidak terus menerus menjadi workaholic, antara lain:

  1. Puasa Media Sosial

Saat mengerjakan tugas, sebaiknya puasa membuka media sosial terlebih dahulu, terkecuali saat jam istirahat. Pastikan ponsel dalam mode senyap (tanpa getar dan suara) agar tidak mengganggu pekerjaan. Bahkan, jika pekerjaan tak terlalu membutuhkan internet, jangan dikoneksikan. 

Tujuannya, untuk menghemat waktu dan pekerjaan bisa selesai lebih cepat. Sehingga, memiliki banyak waktu untuk diri sendiri, kehidupan sosial dan lainnya. Selama bekerja, bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, sehingga tak mengganggu waktu istirahat atau bebas. 

  1. Buat Prioritas

Saat mendapatkan tugas dalam kantor, tentukan dulu mana saja tugas yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa dieliminir atau didelegasikan kepada tim yang lain. Buat skala prioritas dengan membagi tugas berdasarkan empat bagian. Di antaranya tugas yang mendesak, tugas biasa, tugas yang dihapus dan didelegasikan.

Tak hanya itu, tentukan juga batasan dalam mengerjakan tugas. Sehingga, tak perlu terlambat masuk kerja agar tugas bisa selesai tepat waktu. Jadi, saat jam pulang kerja, sudah bisa melakukan aktivitas lainnya. Jangan takut menolak pekerjaan diluar jam kerja.

  1. Tekuni Kegemaran

Tak hanya bekerja, temukan kegemaran dan kesenangan yang bisa membuat diri lebih bahagia. Misalnya, sekadar nongkrpong bersama teman, nonton film hingga pergi berlibur ke luar kota atau alam terbuka. Cara ini cukup efektif untuk menyegarkan tubuh dan pikiran dari kegiatan padat saat bekerja.

  1. Istirahat Cukup

Meski bekerja keras dan bersosialisasi, jangan lupakan waktu istirahat. Ini penting untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh dan mental agar tetap stabil. Ini juga membantu agar bisa lebih fokus dan konsentrasi dalam bekerja.

  1. Olahraga

Di sela-sela kesibukan yang cukup padat, sempatkan waktu untuk berolahraga sejenak. Misalnya, pergi ke tempat gym, yoga, pilates, senam atau jalan kaki. Selain memberikan manfaat kepada tubuh tetap sehat, juga bisa menghilangkan stres

  1. Asah Keterampilan

Terakhir, jangan lupa untuk terus berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam diri. Salah satu caranya yaitu dengan mengikuti berbagai pelatihan yang saat ini banyak digeber. Salah satunya PractiClass Academy. Kami memberikan pelatihan untuk peningkatan skill, seperti menjadi social media specialist dan masih banyak lagi. 

Tipe Workaholic

Terdapat beberapa tipe workaholic yang dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku mereka terhadap pekerjaan. Orang yang workaholic dapat memiliki kombinasi dari tipe-tipe ini atau memiliki karakteristik yang unik. Antara lain:

1. Workaholic Kompulsif

Tipe ini memiliki dorongan yang kuat untuk terus bekerja tanpa henti. Mereka cenderung mengabaikan kebutuhan pribadi, seperti istirahat dan waktu luang, demi menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan.

2. Workaholic Perfeksionis

Tipe ini memiliki standar yang sangat tinggi terhadap kualitas pekerjaan mereka. Mereka akan terus bekerja keras dan menghabiskan waktu ekstra untuk memastikan setiap detailnya sempurna. 

3. Workaholic Adiktif

Tipe ini cenderung kecanduan bekerja. Mereka merasa gelisah dan tidak nyaman jika tidak terus sibuk dengan pekerjaan. Mereka mungkin merasa cemas atau khawatir ketika tidak sedang produktif.

4. Workaholic Karier

Tipe ini memiliki fokus yang kuat pada pengembangan karier mereka. Mereka mungkin mengorbankan waktu bersama keluarga, teman, dan hobi demi mencapai kesuksesan dalam karier.

5. Workaholic Penghindar

Tipe ini menggunakan pekerjaan sebagai cara untuk menghindari atau melarikan diri dari masalah pribadi atau emosional yang sedang dihadapinya. Mereka mungkin merasa tidak nyaman ketika tidak sedang sibuk dengan pekerjaan.

Perbedaan Workaholic dan Pekerja Keras

beda workaholic dan pekerja keras

Meskipun terkadang istilah workaholic dan pekerja keras digunakan secara bergantian, sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Berikut adalah perbedaan utama antara workaholic dan pekerja keras:

1. Fokus dan Keseimbangan Hidup

Pekerja keras cenderung memiliki fokus yang kuat pada pekerjaan mereka dan berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam tugas-tugas mereka. Namun, mereka juga sadar akan pentingnya keseimbangan hidup dan meluangkan waktu untuk keluarga, teman, dan kegiatan di luar pekerjaan. 

Sedangkan workaholic, cenderung memiliki dorongan yang tak terkendali untuk terus bekerja dan cenderung mengabaikan kebutuhan pribadi serta keseimbangan hidup.

2. Motivasi dan Kepuasan

Pekerja keras biasanya didorong oleh motivasi intrinsik, seperti kepuasan dalam mencapai tujuan atau mengembangkan keterampilan. Mereka menemukan kepuasan dalam pekerjaan mereka dan berusaha untuk memberikan yang terbaik. 

Di sisi lain, workaholic bisa jadi didorong oleh motivasi eksternal, seperti dorongan untuk mendapatkan pengakuan atau validasi dari orang lain. Mereka seringkali merasa terpaksa atau cemas jika tidak bekerja.

3. Kesehatan dan Keseimbangan Hidup

Pekerja keras cenderung menjaga keseimbangan hidup yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka menyadari pentingnya istirahat yang cukup, olahraga, waktu bersama keluarga, dan kegiatan rekreasi lainnya. 

Sementara, workaholic, cenderung mengorbankan kesehatan dan keseimbangan hidup mereka demi terus bekerja tanpa henti.

4. Dampak Emosional

Pekerja keras dapat mengalami tekanan atau stres dalam menghadapi tuntutan pekerjaan, tetapi mereka mampu mengelola emosi mereka dan menemukan cara untuk tetap seimbang. Ini adalah sifat yang positif dan produktif, menjadi workaholic dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan keseimbangan hidup seseorang.

Sementara, workaholic cenderung lebih rentan terhadap stres, kelelahan, dan masalah kesehatan mental karena kecenderungan mereka untuk terus bekerja tanpa henti. Penting untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta memprioritaskan kesejahteraan diri secara keseluruhan.

Baca juga: Manajemen Waktu: Pengertian, Manfaat dan 6 Tipsnya

Workaholic Dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, disarankan untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta menjaga kesehatan fisik dan spiritual. Melakukan pekerjaan dengan tanggung jawab dan dedikasi yang baik adalah positif, tetapi menjaga keseimbangan dan memprioritaskan aspek-aspek penting dalam kehidupan juga merupakan bagian integral dari prinsip-prinsip Islam.

Sesuai dengan prinsip Islam, dalam melakukan pekerjaan, harus memahami prinsip keseimbangan dan keadilan. Islam mendorong umatnya untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan. Pekerjaan adalah salah satu aspek kehidupan yang penting, tetapi tidak boleh mengesampingkan kewajiban dan tanggung jawab lainnya, seperti ibadah, keluarga, dan kesehatan. Menjadi workaholic, yang mengorbankan aspek-aspek penting dalam kehidupan, dapat melanggar prinsip keseimbangan dan keadilan dalam Islam.

Saat melakukan pekerjaan, seseorang diharapkan untuk memprioritaskan tugas-tugas yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Pekerjaan yang produktif dan bermanfaat dianjurkan, tetapi tidak boleh menjadi tujuan utama dalam hidup. Tujuan utama seseorang dalam hidup seharusnya adalah mencari ridha Allah, mengamalkan agama dengan baik, dan memenuhi tanggung jawab mereka terhadap keluarga dan masyarakat.

Meski bekerja keras, Islam mengajarkan pentingnya istirahat dan menghindari kelelahan berlebihan. Menjaga kesehatan fisik dan mental merupakan bagian dari menjaga diri dengan baik. Selain itu, waktu istirahat yang seimbang juga memberikan kesempatan untuk beribadah, seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Menjadi workaholic dapat mengganggu waktu dan kualitas ibadah seseorang.

Sesuai dengan petunjuk, Islam mengajarkan umatnya untuk peduli terhadap orang lain dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Menjadi workaholic dapat menghambat partisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat, seperti membantu orang miskin, berkontribusi pada komunitas, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman.

Wanita Workaholic

Wanita workaholic adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan wanita yang memiliki kecenderungan untuk terus bekerja tanpa henti dan mengorbankan waktu dan perhatian pada aspek-aspek lain dalam kehidupan mereka. Mereka memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan seringkali menempatkan pekerjaan di atas segala hal.

Namun, perlu dicatat bahwa menjadi workaholic tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu dan dapat terjadi pada pria maupun wanita. Konsep workaholic berkaitan dengan pola perilaku dan kecenderungan seseorang terhadap pekerjaan, bukan spesifik untuk satu gender.

Penting untuk diingat bahwa menjadi workaholic dapat memiliki dampak negatif pada keseimbangan hidup, kesehatan fisik dan mental, serta hubungan pribadi. Oleh karena itu, penting bagi semua individu, termasuk wanita, untuk mencari keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menjaga kesejahteraan diri secara menyeluruh.

Penjabaran dalam artikel ini merupakan tipe, pengertian dan cara mengatasi workaholic adalah. Jika kamu ingin mendapatkan berbagai pemahaman mengenai karir dan pengetahuan baru terkait dunia pekerjaan, baca artikel kami, yah!